Bisnis.com, JAKARTA – Ekspansi bisnis PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ke segmen ultramikro membuat CEO perusahaan keuangan papan atas dunia, McKinsey, bertanya-tanya kepada Sunarso, bos bank berkode saham BBRI itu.
Pertanyaan itu muncul di sela-sela acara konferensi Word Economic Forum di Davos, Swiss, pekan lalu.
Sunarso menceritakan bahwa dirinya satu forum dengan CEO McKinsey Ozgur Tanrikulu dalam acara tersebut. Kemudian Tanrikulu bertanya kenapa BRI sudah masuk ke segmen mikro, tetapi merambah ke ultramikro.
“Bos McKinsey yang dari Turki itu bilang gini, ‘kenapa tidak go global saja? Kenapa justru memilih untuk menggarap segmen ultramikro, yang lebih kecil lagi dari segmen mikro’ begitu dia bertanya,” tuturnya.
Dia pun menjawab pertanyaan Tanrikulu tersebut dengan berapi-api. “Pertama, saya [bila] ada niat go global [tentu] yang memberikan keuntungan bagi kami. Tapi, mungkin tidak perlu ke negara jauh lebih maju. Karena jualan UMKM [usaha mikro kecil dan menengah] pasti diakalin, karena lebih pintar. Yang level sama dengan Indonesia.”
Namun, menurutnya, supaya bisa menjangkau pasar global, perseroan telah memiliki kantor cabang di New York, Singapura hingga Cayman Island. “Ini follow Indonesian trade, Indonesian business. Untuk memperlancar transaksi antarnegara.”
Kedua, sambungnya, tugas untuk go global telah diberikan kepada bank milik pemerintah lainnya (Himbara), yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI.
“BNI sudah ditugaskan go global. BRI karena fokusnya ke UMKM domestik. Kami ada potensi UMKM begitu besar. Klo semangat patriotisme harus mempertahankan setiap jengkal market share di Indonesia. Kalau ditanya ke mana fokus bisnis UMKM di mana? Setiap jengkal harus dikuasai oleh BRI.”
Seperti diketahui, BRI adalah bank pelat merah yang fokus dalam menyalurkan kredit UMKM dengan portofolio lebih dari 80 persen. Berdasarkan catatan Bisnis, per kuartal I/2022 penyaluran kredit untuk segmen kecil dan menengah mengalami lonjakan signifikan.
Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI, Amam Sukriyanto sebelumnya menyampaikan bahwa pada kuartal I/2022, perseroan sudah berhasil menyalurkan kredit di segmen kecil dan menengah sebanyak Rp21,3 triliun kepada 46.306 nasabah.
Adapun, pada kurun waktu yang sama pada 2021 nilainya mencapai Rp16,5 triliun dan disalurkan kepada 33.269 nasabah.
Menurut Amam, capaian pada awal 2022 sudah menunjukan kembali ke masa sebelum pandemi Covid-19. Sedangkan pada kuartal I/2020, penyaluran kredit di segmen serupa hanya sekitar Rp13,1 triliun dengan 23.581 nasabah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel