China Perintahkan Bank Sediakan Rp1.737 Triliun untuk Kredit Infrastruktur

Bisnis.com,02 Jun 2022, 13:36 WIB
Penulis: Nindya Aldila
Rangkaian kereta rel listrik (electric multiple unit/EMU) jalur kereta China-Laos tiba di stasiun Yuxi di kota Yuxi, provinsi Yunnan, China barat daya pada 3 Desember 2021./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah China mengumumkan memerintahkan perbankan tujuan khusus milik negara untuk menyediakan kredit setara 800 miliar yuan (US$120 miliar atau sekitar Rp1.737 triliun) guna disalurkan dalam pembiayaan proyek-proyek infrastruktur di dalam negeri.

Dilansir Bloomberg pada Kamis (2/6/2022), Perdana Menteri China Li Keqiang mengumumkan tambahan pembiayaan jumbo ini dapat membantu kebutuhan infrastruktur pada tahun ini.

Tambahan ini membuat China akan kembali menggerakkan ekonominya lebih cepat. Sebelumnya berdasarkan perhitungan Bloomberg Economics, belanja infrastruktur pada 2021 mencapai 23 triliun yuan atau setara Rp49.818 triliun.

Tambahan dana untuk infrastuktur ini diyakini sebagai upaya pemerintah Tiongkok untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi setelah kinerja terkontraksi pada April dan tingkat pengangguran meningkat.

Sebagai konteks, sejumlah indikator ekonomi China menunjukkan penurunan akan berlanjut pada Mei. Dalam pertemuan Dewan Negara sebelumnya, Li memperingatkan adanya risiko kontraksi pada kuartal kedua.

Ekonom Nomura Holdings Ltd., Lu Ting mengatakan infrastruktur akan mendorong kredit yang tengah lemah di sektor swasta.

Nomura memperkirakan Beijing memiliki kesenjangan pendanaan hingga 6 triliun yuan, yang sebagian disebabkan oleh kontraksi tajam dalam pendapatan dari penjualan tanah, sumber utama pendanaan investasi infrastruktur oleh pemerintah daerah.

Ekonom mempertahankan perkiraan mereka untuk pertumbuhan investasi infrastruktur tetap naik sekitar 10 persen pada tahun ini. Adapun dampak lockdown akibat Covid-19 beberapa waktu terakhir kemungkinan akan masih membayangi perekonomian.

Para ekonom memprediksi pertumbuhan PDB tahunan China mencapai 3,9 persen pada 2022, jauh di bawah target pemerintah 5,5 persen.

Ekonom China Danske Bank A/S Allan von Mehren mengatakan prospek pertumbuhan China bergantung pada bagaimana China mampu mengelola wabah Covid.

"Lockdown Shanghai sejauh ini merupakan hal yang asing, tetapi setidaknya kita perlu memperkirakan lebih banyak wabah yang membutuhkan beberapa tingkat pembatasan,” tulisnya dalam sebuah catatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini