Rupiah Dibuka Loyo Rp14.462, Waspada Dolar AS Lagi Ngamuk

Bisnis.com,07 Jun 2022, 09:32 WIB
Penulis: Rinaldi Mohammad Azka
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada awal perdagangan Selasa (7/6/2022). Rupiah tertekan ke level Rp14.462,5 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, di pasar spot, rupiah melemah 0,12 persen ke level Rp14.462,5 per dolar AS pada pukul 09.10 WIB. Rupiah telah melemah 1,4 persen sepanjang tahun berjalan.

Indeks dolar AS hingga pukul 09.15 WIB, menguat 0,2 persen atau 0,208 poin ke level 103.653. Kenaikan ini terjadi sejak pembukaan dari penutupan sebelumnya di level 102,447.

Mayoritas mata uang Asia juga terpantau bergerak di zona merah. Yen Jepang melemah 0,58 persen, won Korea Selatan melemah 0,20 persen, yuan China melemah 0,24 persen, dan dolar Singapura melemah 0,19 persen hingga 09.20 WIB. 

Sebelumnya, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan sentimen The Fed masih memberikan tekanan ke rupiah. The Fed diyakini bakal menaikan kembali tingkat suku bunga acuannya sebesar 50 basis points (bps) di pertengahan Juni ini.

Adapun, hari ini, Selasa (7/6/2022), Ariston menilai potensi rebound mata uang rupiah masih terbuka karena sentimen pasar terhadap aset berisiko masih besar.

Dia menyebut, kemarin sebagian indeks saham Asia ditutup positif, indeks saham Eropa pun dibuka positif. "Potensi rebound rupiah ke arah Rp14.400, resisten di Rp14.480," tutur Ariston.

Mengutip Bloomberg, selain penguatan dolar AS, obligasi pemerintah AS pun menahan kerugian yang mengirim imbal hasil tenor 5 dan 10 tahun lebih dari 3 persen untuk pertama kalinya sejak pertengahan Mei menjelang banyak pasokan utang baru sebelum data inflasi penting dirilis akhir minggu ini.

Imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun melonjak lebih dari 10 basis poin karena imbal hasil di seluruh kurva naik setidaknya tujuh basis poin pada Senin (6/6). 

Di Wall Street, pasar saham berjuang untuk rebound berkelanjutan di tengah kekhawatiran meningkatnya biaya pinjaman akan merugikan pertumbuhan dan pendapatan perusahaan. Laporan pekerjaan AS pada Jumat (3/6) memvalidasi jalur pengetatan moneter agresif Federal Reserve.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini