Inflasi AS Tinggi, Target Harga Saham Integra Indocabinet (WOOD) Dipangkas

Bisnis.com,08 Jun 2022, 16:44 WIB
Penulis: Annisa Kurniasari Saumi
PT Integra Indocabinet yang berbasis di Sidoarjo, Jawa Timur, memiliki pabrik seluas 225.000 meter persegi dengan kapasitas pengiriman barang 25 kontainer 40 per bulan.

Bisnis.com, JAKARTA - BRI Danareksa Sekuritas menurunkan target harga saham emiten produsen furnitur, PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD) akibat naiknya inflasi di Amerika Serikat.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto mengatakan, Integra Indocabinet akan menghadapi hambatan dari perlambatan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang tinggi di AS.

Natalia menuturkan, AS memberikan kontribusi 93 persen terhadap pendapatan WOOD. Pada April 2022, penjualan ritel AS melaporkan pertumbuhan yang lebih lambat sebesar 8,2 persen secara tahunan.

"Penjualan toko furnitur dan perabotan rumah juga melaporkan pertumbuhan yang lambat sebesar 0,8 persen yoy pada April 2022. Harga energi yang lebih tinggi dengan kenaikan harga input untuk produk makanan menyebabkan inflasi April yang tinggi di AS, mencapai 8,3 persen yoy," ujar Natalia dalam risetnya, dikutip Rabu (8/6/2022).

Natalia melanjutkan, tumbuhnya proteksionisme pangan merupakan ancaman lain terhadap inflasi yang tinggi dan juga ketahanan pangan di AS, sementara inflasi yang tinggi akan menekan daya beli konsumen AS. Menurutnya, faktor-faktor ini akan menciptakan hambatan bagi pertumbuhan pendapatan WOOD ke depan.

BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan pertumbuhan pendapatan WOOD pada 2022 sebesar 17,5 persen yoy, menjadi Rp6,6 triliun, dari Rp5,4 triliun di 2021. Perkiraan ini terutama didukung oleh pendapatan dari komponen bangunan yang meningkat 28 persen secara tahunan, diikuti oleh furnitur yang naik 15,6 persen secara tahunan.

"Kontribusi yang lebih tinggi dari komponen bangunan diharapkan akan mendukung pengelolaan arus kas, meskipun dengan mengorbankan margin yang lebih rendah," ujarnya.

Adapun BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli, dengan target harga (TP) lebih rendah, yakni sebesar Rp1.000, dari target harga sebelumnya di Rp1.200.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini