Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah pemain industri pembiayaan (multifinance atau leasing) meracik strategi untuk mempertahankan kinerja pembiayaan bulanan di tengah kondisi kelangkaan unit kendaraan baru, baik mobil maupun sepeda motor.
Sebagai informasi, kelangkaan unit ini merupakan dampak terbatasnya produksi dari pabrikan otomotif, terutama akibat fenomena krisis cip semikonduktor. Pembiayaan oleh multifinance pun tertunda karena mayoritas kendaraan baru harus melewati masa pemesanan.
Direktur Penjualan, Pelayanan & Distribusi PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) Niko Kurniawan Bonggowarsito mengungkap bahwa pihaknya mulai menggenjot lini bisnis pembiayaan kendaraan bekas dan non-otomotif, seperti pembiayaan gadget, furnitur, dan elektronik.
"Keterbatasan unit mulai berdampak kepada kami mulai kuartal II/2022. Namun, masih bisa diimbangi oleh kendaraan bekas, karena kami punya banyak mitra dealer. Selain itu, non-otomotif juga sedang tumbuh. Jadi target pembiayaan Adira Finance sampai saat ini masih sama," ujarnya ketika ditemui Bisnis dalam diskusi terbatas bersama media, Rabu (8/6/2022).
Sebagai informasi, tahun ini ADMF mengincar pembiayaan baru di kisaran Rp32 triliun atau tumbuh di kisaran 25 persen (year-on-year/yoy) dari kinerja sepanjang 2021 senilai Rp25,9 triliun. Segmen sepeda motor masih jadi penopang utama kinerja pembiayaan ADMF dengan porsi di kisaran 43 persen.
Direktur Keuangan & Relasi Bisnis PT Mandiri Utama Finance (MUF) Rully Setiawan mengungkap hal serupa. Mulai menggenjot lini pembiayaan lain merupakan kunci, terutama lewat memperkenalkan para mitra dealer mobil bekas MUF kepada debitur yang memiliki kebutuhan mendesak.
"Hasilnya, pertumbuhan pembiayaan mobil bekas kami sejak awal tahun sampai Mei 2022 meningkat sebesar 53 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukan tren yang terus meningkat untuk pembiayaan mobil bekas seiring pulihnya pasar setelah pandemi," ujarnya kepada Bisnis.
Sebagai informasi, pembiayaan baru MUF selama selama 5 bulan periode berjalan telah menembus kisaran Rp6,3 triliun. Terbagi kuartal I/2022 dengan realisasi sebesar Rp3,7 triliun, serta periode April dan Mei 2022, masing-masing di kisaran Rp1,6 triliun dan Rp1 triliun.
Tahun ini, MUF masih membidik pembiayaan baru mencapai Rp12,3 triliun. Terbilang naik tipis dari periode 2021 senilai Rp11,6 triliun, namun telah jauh pulih ketimbang periode terdampak pandemi Covid-19 yang hanya berada di kisaran Rp5,8 triliun.
"Sampai Mei 2022, pembiayaan mobil baru dan mobil bekas MUF secara unit ialah 45 persen berbanding 55 persen. Namun, dari sisi nilai pembiayaan itu baru dan bekas masing-masing 59 persen berbanding 41 persen, jadi kinerja keduanya terbilang saling melengkapi," tambahnya.
Sedikit berbeda, Presiden Direktur PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance/CNAF) Ristiawan Suherman melihat bahwa masih banyak konsumen mobil baru yang sabar menanti unit mobil impiannya.
Terlebih, mayoritas debitur CNAF mulai mengambil pembiayaan di momen ketika harga mobil incarannya sedang murah-murahnya, yaitu karena terdorong insentif pajak barang mewah (PPnBM) yang masih berlaku.
"Tidak terjadi pergeseran transaksi dari nasabah mobil baru ke bekas, apalagi ditunjang dengan adanya perpanjangan program stimulus PPnBM. Hal ini menambah motivasi calon nasabah untuk tetap menunggu ketersediaan unit kendaraan idaman mereka," ujarnya kepada Bisnis.
Oleh sebab itu, kendati CNAF juga mengalami peningkatan pembiayaan di segmen bekas, segmen mobil baru tetap lebih moncer. Ristiawan mengungkap saat ini pertumbuhan pembiayaan mobil baru CNAF mencapai 127 persen yoy, sementara mobil bekas tumbuh 100 persen yoy.
"Pembiayaan khusus mobil baru kami di periode Januari-Mei 2022 senilai Rp1,22 triliun, tahun sebelumnya Rp540 miliar. Sementara mobil bekas pada periode yang sama, saat ini Rp1,5 triliun, tahun sebelumnya Rp741 miliar. Jadi kalau secara peningkatan, mobil baru masih lebih unggul," tambahnya.
Senada, PT Mandiri Tunas Finance sebagai multifinance yang tidak memiliki lini bisnis pembiayaan mobil bekas, memilih fokus menggenjot kampanye pembiayaan segmen mobil baru 'sejuta umat' atau yang terbilang laris di pasaran.
Pasalnya, saat ini banyak produsen otomotif yang memprioritaskan produksinya untuk memenuhi stok unit di segmen tersebut. Oleh sebab itu, mayoritas unit mobil inden biasanya memiliki pangsa pasar yang kecil.
"Saat ini porsi penyumbang pembiayaan terbesar MTF pun masih dipegang tipe passenger kelas menengah. MTF berusaha untuk masuk lebih banyak ke pembiayaan multiguna yang tidak terdampak kelangkaan cip," ujar Direktur Sales & Distribusi MTF William Francis.
Tahun ini, MTF membidik penyaluran pembiayaan baru menyentuh Rp24 triliun, naik dari periode 2021 senilai Rp20,6 triliun. Porsi pembiayaan mobil baru dipatok 80 persen, sisanya alat berat dan mobil komersial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel