Fitch Ratings Pangkas Outlook Jababeka (KIJA) ke Negatif, Ini Penyebabnya

Bisnis.com,09 Jun 2022, 16:30 WIB
Penulis: Farid Firdaus
Kawasan Industri Jababeka di Cikarang, Kabupaten bekasi, Jawa barat./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings merevisi outlook peringkat jangka panjang PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA) ke negatif dari stabil.

Fitch juga telah mengafirmasi peringkat atas obligasi tanpa jaminan KIJA senilai US$300 juta yang jatuh tempo pada 2023 di B-, dengan recovery rating RR4.

Obligasi ini diterbitkan oleh anak perusahaan KIJA, Jababeka International B.V., dan dijamin oleh KIJA dan beberapa anak perusahaan yang operasional. Fitch Ratings Indonesia pada saat yang sama telah menurunkan peringkat nasional jangka panjang KIJA ke BB+(idn) dari BBB-(idn).

Berdasarkan keterangan resmi Fitch, Kamis (9/6/2022), outlook negatif merefleksikan ketidakpastian yang meningkat atas kemampuan KIJA untuk membiayai kembali obligasi tanpa jaminannya senilai US$300 juta yang jatuh tempo pada 5 Oktober 2023.

“Kondisi pasar modal telah memburuk secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir karena inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga yang melemahkan prospek pertumbuhan global,” jelas Fitch.

Meskipun pembatasan Covid-19 di Indonesia yang diperlonggar akan membuat arus kas KIJA stabil, menurut Fitch, likuiditas perusahaan dapat tertekan jika kondisi pasar modal tetap tidak mendukung.

Fitch memperkirakan KIJA mampu mempertahankan arus kas stabil dari sumber-sumber nonpengembangannya, yang mengimbangi penjualan properti industri yang cyclical.

Arus kas nonpengembangan KIJA berasal dari jasa manajemen kawasan industri utamanya, throughput dry port, dan listrik yang dijual di bawah perjanjian kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang berlaku hingga 2032.

“Arus kas ini akan terus menutupi biaya bunga KIJA di sekitar 0,8x-0,9x berdasarkan estimasi kami, setelah memperhitungkan suku bunga yang lebih tinggi,” terang Fitch.

Fitch turut memprediksi prapenjualan KIJA naik sebesar 14 persen pada 2022 dari 46 persen pada 2021, yang didukung oleh pertumbuhan penjualan lahan industri karena Indonesia membuka perbatasan, yang akan membantu investasi asing.

Prapenjualan perseroan, selain dari yang diperoleh oleh joint venture KIJA, Kawasan Industri Kendal, akan mencapai Rp1,1 triliun pada 2022, dari sekitar Rp1 triliun pada 2021. Penjualan lahan industri akan terus menjadi mayoritas dari prapenjualan KIJA dalam dua tahun mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini