Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pembiayaan PT Buana Finance Tbk. (BBLD) optimistis membidik pertumbuhan laba bersih sebesar dua digit pada tahun ini, seiring terbukanya peluang kebutuhan pembiayaan baru di tengah fase pemulihan perekonomian nasional.
Direktur Buana Finance Mariana Setyadi mengungkap bahwa laba bersih pada akhir tahun nanti dipatok menembus Rp37 miliar atau tumbuh sekitar 28 persen (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan capaian periode 2021.
"Target ini termasuk kategori moderat, walaupun persentasenya terbilang signifikan. Karena kami masih berhati-hati dan belum terlalu agresif dalam berekspansi. Kami masih akan melakukan langkah efisiensi, terutama lewat beragam upaya digitalisasi," ujarnya dalam diskusi terbatas bersama media, dikutip Jumat (10/6/2022).
Sebagai perbandingan, laba bersih BBLD pada tahun lalu memang tumbuh 43,1 persen yoy, tepatnya dari Rp20,05 miliar pada 2020 menjadi Rp28,7 miliar. Namun, apabila dibandingkan dengan periode sebelum pandemi, nilainya masih jauh, karena pada periode 2019 mencapai Rp59 miliar, bahkan selalu di atas Rp53 miliar sejak 2016.
Terlebih, pendapatan BBLD pada 2021 masih terkoreksi 19,14 persen yoy dari Rp680,1 miliar menjadi Rp549,9 miliar. Laba lebih ditopang upaya efisiensi beban, di mana perusahaan berhasil menekan 21,1 persen yoy menjadi Rp515,1 miliar.
Oleh sebab itu, Mariana mengungkap pihaknya juga akan mengejar pertumbuhan pendapatan secara moderat pada tahun ini, tepatnya ke Rp605 miliar. Sementara peningkatan laba akan turut ditopang eksplorasi biaya dana (cost of fund) yang lebih kompetitif.
"Pembiayaan baru targetnya Rp2,5 triliun pada tahun ini, naik dari tahun lalu Rp1,94 triliun. Penyaluran akan kami realisasikan secara terukur, dan harapannya bisa menopang kinerja, seiring terus mencari sumber pendanaan dengan bunga yang kompetitif dari para kreditur kami," tambahnya.
Sekadar informasi, sejak awal tahun ini BBLD terbilang mampu menarik beberapa perbankan untuk mengucurkan fasilitas kredit. Mulai dari Bank OCBC NISP senilai Rp100 miliar dengan tenor 36 bulan, Bank JTrust senilai Rp200 miliar dengan tenor 48 bulan, Bank Danamon sebesar Rp500 miliar dengan tenor 48 bulan, serta Bank DKI senilai Rp150 miliar dengan tenor 36 bulan.
Direktur Buana Finance Herman Lesmana menambahkan masifnya kebutuhan pembiayaan dari para debitur, baik untuk pembiayaan investasi maupun pembiayaan konsumen, juga membawa optimisme terhadap peningkatan piutang pembiayaan di tahun ini.
Buana Finance sendiri memiliki fokus bisnis pembiayaan investasi berupa alat berat, kendaraan pengangkutan, serta pembiayaan modal kerja. Sementara fokus bisnis pembiayaan konsumen ditopang segmen mobil bekas (mobkas).
"Untuk pembiayaan produktif, kami masih akan mengincar debitur di sektor pertambangan, kemudian terkait perkebunan kelapa sawit, serta pulihnya aktivitas konstruksi. Kalau untuk kendaraan, mobil bekas trennya terus membaik, sementara mobil baru juga kami bidik walaupun sekarang sedang ada fenomena keterbatasan stok," jelasnya.
Sebagai gambaran, dari total penyaluran pembiayaan tahun lalu, kredit kendaraan Buana Finance totalnya Rp1,2 triliun, dengan porsi 64 persen kendaraan bekas. Sementara itu, sewa pembiayaan yang ditopang alat berat dan mobil pengangkutan berada di Rp710 miliar.
Tahun ini, lini bisnis pembiayaan konsumen ditargetkan menyentuh Rp1,66 triliun, sementara sewa pembiayaan Rp928,2 miliar. Apabila tercapai, porsi pembiayaan ini hampir setara capaian BBLD pada periode 2016, dan hanya turun tipis dari periode sebelum pandemi Covid-19 alias periode 2019.
Adapun, per kuartal I/2022, laba bersih BBLD telah terealisasi Rp9,07 miliar, naik 568,6 persen yoy dari kuartal I/2021. Selama tiga bulan berjalan, aset BBLD juga telah tumbuh 7,22 persen (year-to-date/ytd) menjadi Rp3,84 triliun, ditopang naiknya piutang pembiayaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel