Tarif Listrik Naik, Pelaku Usaha Pariwisata Kaltim Tunggu Aturan Resmi

Bisnis.com,13 Jun 2022, 21:18 WIB
Penulis: M. Mutawallie Sya’rawie
Warga melakukan pengisian listrik prabayar di Rumah Susun Benhil, Jakarta, Selasa (21/12/2021). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Pelaku usaha perhotelan di Kota Balikpapan merespons rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang bakal ditetapkan pemerintah.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Balikpapan Sahmal Ruhip menyatakan akan menunggu aturan resmi dari pemerintah pada 1 Juli 2022.

“Dampaknya pasti ada nanti diukur berapa persen dari tarif sekarang,” ujarnya, Senin (13/6/2022).

Dia menambahkan, pelaku usaha masih memperhitungkan terhadap kenaikan ini, apakah akan menghambat pemulihan ekonomi di sektor industri perhotelan atau tidak.

“Asal kenaikannya tidak tinggi, nanti kita pelajari sejauh mana biaya yang ditimbulkan,” katanya.

Sementara itu, Ketua DPD ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Kalimantan Timur I Gusti Bagus Putra menyatakan rencana kenaikan tarif listrik tersebut menjadi perhatian pelaku usaha karena bisa berdampak ke bisnis travel yang menggunakan kapasitas 3500 VA, sehingga akan menambah komponen biaya operasional.

Apalagi, katanya, bagi pelaku usaha yang kantor masih sewa tentu merasa berat dan belum saatnya tarif naik karena dunia pariwisata baru mau pulih kembali akibat Pandemi covid-19.

"Pada saat tersebut, bisnis travel banyak tutup dan banyak juga buka bisnis di rumah akibat tidak bisa bayar sewa tempat usaha,” paparnya.

Di sisi lain, Putra mengungkapkan bahwa saat ini tarif penerbangan sudah terlalu mahal, sehingga masyarakat Kaltim sudah enggan traveling keluar daerah.

“Hanya urusan Kunjungan Kerja bagi ASN keluar daerah yang masih bisa diharapkan penjualan tiket pesawat,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, saat ini penjualan tiket pesawat turun 90 persen dibandingkan sebelum pandemi karena beberapa operator penerbangan menutup operasionalnya seperti Tigerair Mandala, Batavia Air, Pelita Air Service dan penerbangan reguler lain.

Untuk itu, dia meminta agar pemerintah mempermudah operator sejenis dalam membuka penerbangan sebagai pengganti operator penerbangan yang tutup.

“Buka frekuensi penerbangan kembali seperti tahun 2019 ke bawah,” tegasnya.

Adapun, dia menuturkan bahwa strategi untuk bisnis travel dapat bertahan di tengah mahalnya tiket pesawat adalah dengan kembali menjual tiket kapal laut, menjual kamar hotel di seluruh Indonesia bagi Perjalanan Dinas, efisiensi biaya operasional yang bisa di atur dan penjualan Paket Tour.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini