IHSG Tengah Lesu, Kemana Laju Saham Gojek Tokopedia (GOTO) atau Bukalapak (BUKA)?

Bisnis.com,13 Jun 2022, 18:03 WIB
Penulis: Pandu Gumilar
Mitra layanan ojek daring Gojek menunjukkan logo merger perusahaan Gojek dan Tokopedia yang beredar di media sosial di shelter penumpang Stasiun Kereta Api Sudirman, Jakarta, Jumat (28/5/2021). Sejumlah mitra pengemudi Gojek berharap mergernya dua perusahan ?startup? Gojek dan Tokopedia memberikan dampak positif bagi kalangan mitra dengan meningkatnya bonus dan insentif karena penggabungan tersebut telah meningkatkan nilai atau valuasi perusahaan./ANTARA FOTO-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA – IHSG tengah lesu akibat inflasi di Amerika Serikat yang melonjak. Hal itu juga menjadi katalis negatif bagi saham Gojek Tokopedia (GOTO) maupun Bukalapak (BUKA).

Kenaikan inflasi di Amerika Serikat diprediksi akan mendorong The Fed untuk menaikkan acuan suku bunga yang berimbas ke seluruh dunia. Hal itu akan berdampak negatif bagi sektor teknologi seperti Gojek Tokopedia (GOTO) maupun Bukalapak (BUKA).

Investor pun mulai melego saham BUKA sehingga pada hari ini, Senin (13/6/2022), terkoreksi 12 poin atau 4,29 persen menjadi Rp428. Di sisi lain, laju saham GOTO mulai tersendat dengan kenaikan tipis 0,52 persen pada hari ini ke posisi Rp388.

Sebelumnya, Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy mengatakan lebih sreg dengan BUKA karena menurutnya di tengah ketidakpastian seperti sekarang kekuatan kas adalah raja. “Saya memilih Bukalapak dengan target harga di Rp750 buat BUKA, sedangkan buat GOTO, berpotensi tembus Rp436,” ungkapnya.

Secara kas GOTO, lanjutnya, memiliki jumlah lebih besar mencapai Rp30 triliun. Akan tetapi beban-beban keuangan yang mencapai Rp6 triliun dalam kurun waktu tiga bulan menjadi catatan penting. Oleh sebab itu, dia memilih Bukalapak dengan kas Rp19 triliun dan beban keuangan kurang lebih Rp1,8 triliun.

Jimmy mengatakan take rate dari GOTO di atas buku, jauh lebih besar dibandingkan dengan BUKA.. Khusus untuk layanan on-demand seperti Gojek, take rate aplikasi dikenakan sebesar 21 persen.

Segmen marketplace, seperti Tokopedia sebesar 2,9 persen dan segmen finansial menyumbang 0,5 persen.

“Kenaikan take rate secara umum itu positif, karena menunjukkan upaya monetisasi perusahaan. Namun kalau dinaikinnya terlalu agresif, bisa berefek kepada pertumbuhan perusahaan,” ungkapnya.

Menurutnya jika perusahaan teknologi terlalu agresif, ada potensi pelanggan lari ke kompetitor lain. Hal itu, lanjutnya, akan memicu perang promo semakin marak yang telah terjadi sejak bertahun-tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Pandu Gumilar
Terkini