Kejar Target Investasi Rp1.250 Triliun pada 2023, Ini Strategi BKPM

Bisnis.com,13 Jun 2022, 13:21 WIB
Penulis: Ni Luh Anggela
Suasana deretan gedung bertingkat di Jakarta, Minggu (6/3/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah sepakat untuk menargetkan investasi Rp1.250 triliun hingga Rp1.400 triliun pada 2023, naik dari tahun sebelumnya yang tercatat Rp901,2 triliun.

Lantas strategi apa yang disiapkan Kementerian Investasi/BKPM untuk mencapai target tersebut?

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ikhwan menuturkan strategi yang bakal digunakan masih berkaitan dengan upaya BKPM untuk merealisasikan investasi-investasi di sektor prioritas.

Setidaknya ada empat sektor prioritas yang coba didekati BKPM, terutama yang berhubungan dengan industri padat karya tetapi juga memiliki orientasi ekspor.

Pertama, berkaitan dengan industri farmasi. Nurul menjelaskan ketertarikan industri farmasi di Indonesia mulai meningkat.

"Ada beberapa perusahaan yang sudah mendekati kita yang kebetulan perusahaannya juga bukan perusahaan yang baru tapi dia mengekspansi, itu juga ada," kata Nurul kepada Bisnis, Senin (13/6/2022).

Industri lainnya yaitu otomotif, elektronik, termasuk semi konduktor dan juga IT.

Prioritas kedua adalah infrastruktur dan digital ekonomi, khususnya untuk mempromosikan Ibu Kota Nusantara (IKN).

"Disitu nanti berbagai proyek kalau nanti sudah matang master plannya urusan kegiatan promosi dan juga perizinan investasinya dari Kementerian Investasi/BKPM akan terlibat sangat banyak sekali," jelas dia.

Kemudian, ada industri pertambangan yang menjadi cikal bakal awal hilirisasi. Hilirisasi menjadi salah satu strategi utama BKPM. Nurul mengatakan, selain menarik investasi, hilirisasi juga akan menaikkan ekspor dan juga menyerap tenaga kerja.

Terakhir adalah renewable energy. Dia menjelaskan investor saat ini sangat tertarik dengan renewable energy. Oleh karena itu, BKPM tengah mempersiapkan peluang investasi sehingga pada saat Indonesia sudah masuk menjadi bagian dari pemasok global dari produk-produk yang ada, Indonesia sudah memproduksi hasil produk tersebut dengan energi baru terbarukan (EBT).

"Jadi at the same time di samping kita mencoba meningkatkan investasi, kita juga harus menjadi bagian dari industri yang lebih hijau, yang bisa punya concern juga terhadap emisi karbon dunia dan juga nyambung dengan emisi kita," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini