Bursa Australia Anjlok Tertekan Kekhawatiran Inflasi dan The Fed, Paling Dalam Sejak 2020

Bisnis.com,14 Jun 2022, 16:28 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Indeks S&P/ASX 200 ditutup anjlok 3,55 persen atau 245,5 poin ke level 6.686,03 pada hari ini, Selasa (14/6/2022).

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Australia anjlok dengan laju terdalam sejak 2020 pada perdagangan Selasa (14/6/2022), di tengah meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve yang lebih agresif untuk melawan inflasi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P/ASX 200 ditutup anjlok 3,55 persen atau 245,5 poin ke level 6.686,03 pada hari ini, hari pertama perdagangan setelah libur panjang akhir pekan. Indeks mengikuti laju bursa asaham AS pada Senin karena kekhawatiran inflasi dan resesi mengguncang investor.

Sementara itu, indeks Selandia Baru memasuki pasar bearish secara teknikal setelah ditutup melemah 2,6 persen. Indeks S&P/NZX 50 Gross telah turun lebih dari 20 persen dari puncaknya pada Januari 2021.

Indeks saham Australia turun sekitar 12 persen dari level tertingginya thaun ini yang dicapai pada April. Obligasi negara juga jatuh mengikuti obligasi Treasury AS karena para pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga the Fed yang lebih cepat setelah data pekan lalu menunjukkan inflasi AS naik di atas ekspektasi pada bulan Mei.

Analis pasar Saxo Capital Markets Australia Jessica Amir mengatakan investor sangat hati-hati saat ini. Outlook inflasi buruk dan akan semakin memburuk.

“Kami tetap sangat defensif (dalam proyeksi). Kami memperkirakan penurunan lebih tajam dalam ekuitas karena guncangan pasar kemungkinan akan berlanjut," ungkap Amir seperti dikutip Bloomberg, Selasa (14/6/2022).

Imbal hasil obligasi Australia tenor 10 tahun naik 28 basis poin menjadi 3,96 persen, memangkas kenaikan sebelumnya sebanyak 34 basis poin. Sementara itu, imbal hasi obligasi tenor tiga tahun yang sensitif terhadap suku bunga naik sebanyak 42 basis poin menjadi 3,54 persen.

Di sisi lain, Amir melanjutkan, kondisi kesehatan ekonomi Australia semakin kuat, dan data pengangguran minggu ini kemungkinan akan mencapai rekor terendah dalam satu bulan.

“Kedua komponen inti ini memberi amunisi RBA (Reserve Bank of Australia) untuk menaikkan suku bunga lebih dari yang diharapkan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini