Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk memperluas kerja sama transaksi dengan menggunakan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS). Langkah ini dilakukan BI dalam rangka menjaga ketahanan nilai tukar di tengah meningkatnya risiko penggerusan rupiah.
LCS adalah mekanisme penyelesaian transaksi bilateral yang dilakukan dengan mata uang lokal masing-masing negara. Kerja sama ini juga mencakup penyelesaian setelmen yang dilakukan di masing-masing yurisdiksi.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Solikin M. Juhro mengatakan bank sentral telah melakukan pembahasan kerja sama ini dengan dua negara yakni India dan Korea Selatan.
Sejauh ini, LCS telah disepakati antara Indonesia dengan Malaysia, Thailand, Jepang, dan China. “Kami sudah membahas dengan India dan Korea Selatan dan [LCS] ini akan berkembang,” kata Solikin, Rabu (15/6).
BI berpandangan penggunaan mata uang lokal perlu dioptimalisasi dengan tujuan mengikis ketergantungan pada dolar Amerika Serikat (AS). Sejalan dengan banyaknya negara yang menjalin kerja sama ini, Indonesia diyakini mampu bertahan dari tekanan volatilitas dolar AS.
Risiko penggerusan rupiah kian besar menyusul kebijakan The Fed, Bank Sentral AS, menaikkan suku bunga acuan yang berpotensi menimbulkan keluarnya modal asing atau capital outflow dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kondisi inilah yang kemudian meningkatkan risiko pelemahan nilai tukar rupiah. Apalagi, The Fed dikabarkan melakukan pengetatan kebijakan lebih agresif seiring dengan tingkat inflasi yang jauh di luar kendali.
“Jadi tentu saja [LCS] terkait dengan meningkatkan stabilitas. Kita harus memperluas pelaksanaan LCS ke bank sentral lainnya,” ujar Solikin.
Sejauh ini, kerja sama LCS terbukti cukup efektif. Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai transaksi LCS pada tahun lalu mencapai US$2,53 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya US$797 juta.
Perkembangan transaksi LCS itu didorong oleh kontribusi signifikan transaksi antara Indonesia dan Jepang dengan nilai setara US$95 juta, serta antara Indonesia dan China yang mencapai US$128 juta pada tahun lalu.
Tren positif itu meningkatkan optimisme bank sentral yang menargetkan nilai transaksi LCS pada tahun ini mampu tumbuh sebesar 10%.
Dalam kesempatan sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan prioritas perluasan LCS akan dilakukan dengan negara-negara Asia sebelum melebarkan sayap ke luar regional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel