Bisnis, JAKARTA – Calon emiten PT Saraswanti Indoland Development Tbk (SWID), pengembang properti asal Yogyakarta, optimistis kinerja perseroan terdongkrak setelah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Utama PT Saraswanti Indoland Development Tbk Bogat Agus Riyono mengatakan dampak dari penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) ini akan memberikan tingkat kepercayaan paling tinggi pada perusahaan.
“IPO ini bisa meningkatkan kepercayaan customer dan akan dicapai lebih mudah bila dibandingkan masih jadi perusahan tertutup. Tapi enggak semata-mata IPO ini berdampak pada kinerja tahun 2022, tetapi pandemi yang berangsur menjadi endemi ini tentu berdampak pada kinerja perusahaan,” ujarnya dalam public expose yang dilakukan secara hybrid, Senin (20/6/2022).
Mulai kembalinya kegiatan belajar mengajar secara luring, Jogja sebagai kota pelajar akan berdampak pada kenaikan permintaan apartemen untuk para mahasiswa. Selain itu, kondisi pandemi yang berangsur membaik tentu berdampak pada sektor pariwisata yang tentu berdampak pada bisnis perhotelan.
“Pandemi berakhir, kuliah tatap muka akan kembali berjalan sehingga berdampak pada bisnis apartemen,” katanya.
Saat ini kondisi lahan kosong di Yogyakarta semakin terbatas dengan harga yang mahal untuk investor sehingga sulit untuk membangun rumah kost. Hal inilah yang menjadi pilihan bagi investor yang lebih memilih untuk membeli apartemen kemudian menyewakannya.
“Recurring income tidak hanya pengeloaan hotel tetapi juga apartemen. Investor apartemen bisa menyewakan apartemen melalui kami, maka akan lebih bagus, ini untuk dihuni sendiri atau menyewakan kembali,” ucapnya.
Oleh karena itu, SWID meyakini torehan laba pada 2023 turut meningkat seiring membaiknya iklim bisnis properti di Indonesia.
“IPO merupakan mile stone untuk menuju level yang lebih tinggi. Kami optimistis kinerja akan meningkat mulai 2023,” ujarnya.
Perseroan akan melantai di BEI dengan skema penawaran umum perdana saham dengan melepas sebanyaknya 340 juta saham atau setara 6,31 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. IPO merupakan strategi untuk bertransformasi menjadi perusahaan yang lebih baik dan menciptakan nilai tambah bagi perseroan.
Setelah IPO, penjualan perseroan tahun 2023 akan tumbuh di atas 15 persen dibandingkan 2022. Lalu, laba bersih akan melonjak dua kali lipat dari torehan tahun 2022.
“Berakhirnya pandemi Covid-19 memberikan angin segar bagi bisnis properti. Kegiatan bisnis dan pariwisata membangkitkan kembali gairah dunia perhotelan,” terangnya.
Lebih lanjut, pasca-IPO perseroan akan mempercepat pelaksanaan empat pilar strategi perusahaan yaitu developing great leaders dan delivering different product and servis (differentiation strategy). Lalu, efficient operations (efficiency strategy) dan diversification strategy.
Saat ini, SWID memiliki dan mengembangkan mixed use building Mataram City di Kota Yogyakarta. Di proyek ini telah beroperasi tiga menara yang mencakup satu hotel berkapasitas 264 kamar dan dua apartemen. Selain itu, tersedia sebuah Convention Center.
“Peningkatan revenue dari recurring income kami genjot dari hotel, antara lain dengan penambahan delapan ruang meeting di The Alana Yogyakarta,” ujar Bogat.
Lalu, perseroan juga memiliki kondotel Innside by Melia dengan kapasitas 242 kamar. Kondotel ini juga dilengkapi dengan ruang pertemuan berkapasitas kisaran 20-300 orang.
Selain itu, perseroan akan mengembangkan proyek landed house, Banyu Bening, The Villa Resort yang terdiri dari 56 unit rumah di atas lahan seluas 9.000 meter persegi di daerah Rawa Pening, Ambarawa, Jawa Tengah.
Harga IPO
Mengutip prospektus perseroan, Saraswanti Indoland akan melepas sebanyaknya 340 juta saham atau setara 6,31% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO.
Raihan total dana hasil IPO yang akan dihimpun oleh perseroan diperkirakan mencapai berkisar Rp61,2 miliar hingga Rp68 miliar.
Seluruh dana yang diperoleh dari IPO, setelah dikurangi biaya-biaya emisi saham dan dana yang diperoleh dari pelaksanaan Waran Seri I akan digunakan sebagai modal kerja perseroan.
Modal kerja yang dimaksud terkait dengan pembayaran untuk biaya pemeliharaan MICC dan hotel, pembelian bahan baku untuk makanan dan minuman, pembelian persediaan hotel, pembayaran tenaga kerja dan utilitas, modal kerja untuk pembayaran kepada pemasok dan kontraktor dalam rangka pembangunan proyek apartemen Arjuna dan Bima serta pembangunan proyek Banyu Bening.
Secara bersamaan, perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 340 juta Waran Seri I yang menyertai saham baru atau setara 6,74% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh.
Waran Seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada tanggal penjatahan.
Setiap pemegang satu saham baru perseroan berhak memperoleh satu waran seri I, dimana setiap 1 Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 saham baru perseroan yang dikeluarkan dalam portepel.
Waran seri I yang diterbitkan mempunyai jangka waktu pelaksanaan selama 1 tahun. Waran Seri I adalah efek yang diterbitkan oleh perseroan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk memesan saham biasa atas nama perseroan yang bernilai nominal Rp20 setiap saham dengan harga pelaksanaan sebesar Rp250.
Dalam penawaran umum perdana saham ini perseroan menunjuk PT Shinhan Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Untuk jadwal masa penawaran awal 17-23 Juni 2022, tanggal efektif 30 Juni 2022, masa penawaran umum 1-5 Juli 2022, tanggal penjatahan 5 Juli 2022, distribusi saham dan Waran Seri I secara elektronik 6 Juli 2022, pencatatan saham dan Waran Seri I 7 Juli 2022, akhir Perdagangan Waran Seri I - Pasar Reguler dan Negosiasi 4 Januari 2024, akhir Perdagangan Waran Seri I - Pasar Tunai 5 Januari 2024, awal Pelaksanaan Waran Seri I 6 Januari 2023, akhir Pelaksanaan Waran Seri I 6 Januari 2024 serta akhir Masa Berlaku Waran Seri I : 6 Januari 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel