Ekonom Yakini AS Bakal Jatuh ke Resesi Ringan pada Akhir 2022

Bisnis.com,20 Jun 2022, 12:45 WIB
Penulis: Nindya Aldila
Monitor menampilkan informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Jumat (28/1/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom meyakini Amerika Serikat akan jatuh pada resesi ringan pada akhir 2022 sejalan tren tinggi suku bunga acuan AS untuk menekan lonjakan harga.

Ekonom Nomura Holdings Inc. mengatakan kondisi keuangan AS akan semakin ketat, sentimen konsumen kian buruk, gangguan pasokan energi dan pangan akan semakin parah dan prospek pertumbuhan global merosot.

"Dengan cepatnya momentum pelemahan pertumbuhan dan The Fed berkomitmen untuk menstabilkan harga, kami percaya resesi ringan akan dimulai pada kuartal IV/2022, lebih besar kemungkinannya daripada tidak terjadi," ujar ekonom Nomura Aichi Amemiya dan Robert Dent dalam catatan pada Senin, seperti dilansir Bloomberg pada Senin (20/6/2022).

Kelebihan tabungan dan neraca keuangan konsumen akan membantu memitigasi cepat kontraksi ekonomi. Namun, ekonom Nomura memperingatkan kebijakan moneter dan fiskal akan dikendalikan oleh inflasi yang tinggi.

"Dengan inflasi bulanan sepanjang 2022 kemungkinan akan tetap tinggi, kami meyakini respons Fed terhadap penurunan [inflasi] akan diredam," tulis analis Nomura dalam catatan mereka.

Mereka memperkirakan kenaikan suku bunga akan berlanjut hingga 2023, tetapi dengan tingkat yang sedikit lebih rendah sebesar 3,50 - 3,75 persen pada Februari, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 3,75 - 4,00 persen pada Maret.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan lonjakan harga barang akan terjadi sepanjang tahun dan bakal melemahkan perekonomian AS.

"Kita telah menghadapi inflasi yang tinggi tahun ini dan itu akan terkunci menjadi inflasi yang lebih tinggi sepanjang tahun ini," ujar Yellen dalam program ABC This Week.

Secara terpisah, Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland Loretta Mester juga mengatakan risiko resesi di AS semakin tinggi.

Dia memperingatkan butuh beberapa tahun untuk mengembalikan inflasi sesuai target 2 persen.

"Risiko resesi naik sebagian karena kebijakan moneter dapat berputar lebih cepat. Pertumbuhan kita memang melambat ke bawah tren dan itu tidak mengapa," ujarnya dalam program CBS Face the Nation pada Minggu (19/6/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini