Dukung Layanan bagi Warga Jakarta, Bank DKI ingin Ubah dari Kartu ke Smartphone

Bisnis.com,21 Jun 2022, 21:45 WIB
Penulis: Feni Freycinetia Fitriani
Warga melakukan pembayaran secara non tunai melalui QRIS Bank DKI di RSU Adyaksa, Jakarta Timur/Bank DKI

Bisnis.com, JAKARTA - Bank DKI memanfaatkan digitalisasi perbankan untuk mendukung layanan yang diberikan Pemprov DKI bagi warga Jakarta. Salah satu tantangannya, mengubah dari kartu ke smartphone.

Berdasarkan riset EV-DCI tahun 2022, Jakarta bahkan dinilai memiliki daya saing tertinggi dalam hal adopsi keuangan digital. Setelah Jakarta, provinsi-provinsi dengan daya saing digital tertinggi adalah Jawa Barat dengan skor 58,5, Yogyakarta 49,2 , Banten 47, dan Jawa Timur 45,6.

“Sebagai BPD milik Pemprov DKI, kami memiliki kewajiban mendukung transaksi-transaksi yang ada di Jakarta baik di lingkungan pemerintahan, perusahaan dan terutama warga Jakarta," ujar Amirul Wicaksono, Direktur Teknologi dan Operasional Bank DKI pada Selasa (21/6/2022).


Beberapa layanan masyarakat yang sudah menerapkan digitalisasi perbankan, antara lain program bantuan sosial (bansos) melalui Kartu Lansia Jakarta (KLJ), Kartu Penyandang Disabilitas Jakarta (KPDJ) dan Kartu Anak Jakarta (KAJ).

Selain menggunakan kartu, Bank DKI akan merambah layanan dengan ponsel pintar atau smartphone.

"Ini akan jadi tantangan buat Bank DKI untuk shifting ke smartphone” tuturnya.

Di sektor transportasi, dalam waktu dekat, Bank DKI akan mendukung program Pemprov DKI Jakarta yang akan menerapkan tarif terintegrasi. Di dalam program ini warga cukup membayar Rp10.000 selama 3 jam.

Melalui aplikasi JakOne Mobile, Bank DKI menghadirkan solusi perbankan digital bagi nasabah pengguna untuk menciptakan pengalaman bertransaksi yang lebih personal, mobile dan handal mulai dari bayar bermacam tagihan dan belanja online, transaksi Scan by QRIS, top up uang elektronik, bersedekah/ berdonasi untuk sesama hingga mengamankan dana darurat melalui pembukaan deposito.

Bank DKI ingin masyarakat merasa aman dalam menggunakan tranksaksi digital. Prinsipnya digitalisasi bukan sesuatu yang harus ditakuti, karena di setiap channel digital selalu disediakan instrument agar transaksi tetap aman. Misalnya dengan penerapan PIN, OTP dan Password.

"Hal yang paling penting berbagai layman digital yang kami miliki semuanya sudah melalui izin BI sebagai regulator. Prinsipnya kami ingin antara kenyamanan dalam bertransaksi dan keamanan agar sejalan dan beriringan. Biasanya saling berlawanan” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini