Rupiah dan Inflasi Masih Aman, BI Diproyeksi Tahan Suku Bunga

Bisnis.com,22 Jun 2022, 18:45 WIB
Penulis: Maria Elena
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan kembali mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 3,5 persen, mempertimbangkan inflasi yang masih terkendali secara fundamental.

Josua menyampaikan, meski nilai tukar rupiah cenderung melemah sebesar 1,92 persen, namun pelemahan tersebut tidak merefleksikan faktor secara fundamental.

Dengan kata lain, imbuhnya, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini lebih didominasi oleh faktor sentimen pasca kenaikan suku bunga acuan di negara itu.

“Faktor fundamental ekonomi Indonesia masih cenderung solid mempertimbangkan neraca transaksi berjalan yang tercatat surplus, kinerja ekspor yang ditopang oleh kenaikan harga komoditas global, serta cadangan devisa yang berada dalam level yang sehat,” katanya kepada Bisnis, Rabu (22/6/2022).

Josua mengatakan, pelaku pasar saat ini tengah mengkhawatirkan dampak dari kebijakan the Fed yang cukup agresif. Bahkan diperkirakan, ekonomi AS akan melambat dan berpotensi mengalami resesi, sehingga mendorong risk off sentiment di pasar keuangan global.

“Mengingat dipengaruhi oleh faktor sentimen, artinya pelemahan rupiah saat ini hanya bersifat sementara,” jelasnya.

Josua memperkirakan, BI berpotensi menaikkan suku bunga acuan pada semester II/2022 untuk menjangkar potensi peningkatan inflasi secara fundamental, serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan di tengah pengetatan kebijakan moneter global.

Pasalnya, tingkat inflasi domestik masih terkendali, dengan perkiraan inflasi akan mencapai kisaran 4,2 persen pada tahun ini.

Apalagi, dengan penambahan subsidi energi yang dilakukan pemerintah dinilai akan menghambat transmisi kenaikan harga komoditas global ke harga di dalam negeri.

“Dengan inflasi yang masih rendah, kami tidak buru-buru menaikkan suku bunga acuan. Kami akan menjaga suku bunga rendah 3,5 persen sampai ada peningkatan inflasi secara fundamental,” katanya dalam acara Indonesia Economic Prospects Launch, Rabu (22/6/2022).

Perry menilai, tingkat inflasi pun akan kembali ke sasaran target BI sebesar 2 hingga 4 persen pada 2023.

Di sisi lain, BI telah melakukan pengetatan likuiditas, dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah untuk bank umum konvensional dari 5 persen menjadi 6 persen pada 1 Juni 2022.

BI kembali menetapkan kenaikan GWM menjadi sebesar 7,5 persen pada 1 Juli 2022 dan menjadi 9 persen mulai 1 September 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini