Bappenas Dorong Perbankan Sediakan 'Dana Murah' untuk Implementasi Ekonomi Hijau

Bisnis.com,22 Jun 2022, 19:20 WIB
Penulis: Leo Dwi Jatmiko
Layar menampilkan Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti memberikan paparan saat diskusi panel sesi 2 saat Bisnis Indonesia Banking Outlook 2022 yang digelar secara virtual di Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Penerapan ekonomi hijau di Tanah Air membutuhkan dukungan pembiayaan murah dari perbankan dan lembaga lainnya.

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan implementasi pembiayaan untuk ekonomi hijau sangat diperlukan dan akan makin meningkat ke depan. Penerapan ekonomi hijau, lanjutnya, membutuhkan dukungan berbagai pihak.

“Diperlukan peranan semua pihak tidak hanya perbankan, tetapi juga sumber pembiayaan lainnya, yang lebih inovatif dan lebih murah,” kata Amalia dalam acara Bisnis Indonesia Banking Outlook 2022, Rabu (22/6).

Amalia mengatakan dengan pembiayaan yang lebih inovatif dan lebih murah, maka proyek-proyek yang berkaitan dengan ekonomi hijau bisa layak secara bisnis dan tidak membebani APBN.

Bappenas juga mendorong peranan dari perbankan dalam penerapan ekonomi hijau untuk menyalurkan pendanaan ke proyek-proyek yang menyangkut dengan usaha keberlanjutan. “Porsi [pembiyaan hijau] harus ditambah terus,” kata Amalia.

Dia mengatakan pendalaman pada ekonomi hijau, pembatasan pemberian kredit pada proyek-proyek yang merusak lingkungan dan internalisasi budaya yang ramah lingkungan, menjadi upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing perusahaan.

Amalia menuturkan dukungan investasi menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pengembangan ekonomi hijau. Investasi ini tidak bisa hanya bergantung dari investasi pemerintah, tetapi juga harus berasal dari investasi non pemerintah, swasta, dan filantropi.

Tantangan lainnya adalah perangkat teknologi ekonomi hijau yang belum sebanyak teknologi non hijau. Hal ini berdampak pada ongkos dan implementasi ekonomi hijau yang lebih mahal. Sebagai contoh, dalam transisi energii, harga listrik per kwh yang dihasilkan oleh listrik berbahan batu bara masih akan lebih murah dibandingkan dengan harga listrik per kwh harga listrik yang berasal dari tenaga surya.

“Tantangan berikutnya adalah pentingnya Indonesia mengadopsi dan mendorong inovasi di dalam negeri untuk implementasi ekonomi hijau,” kata Amalia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini