Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Bank Pan Indonesia Tbk. atau PNBN anjlok menyentuh auto reject bawah alias ARB usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) mengumumkan pembagian dividen tunai sebesar Rp20 per saham.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (22/6/2022), saham Bank Panin ditutup turun 6,83 persen atau turun 125 poin menuju level Rp1.705 per saham. Kondisi ini berbanding terbalik saat pembukaan perdagangan yang berada di zona hijau pada level Rp1.880 per saham.
Sepanjang perdagangan, saham Bank Panin bergerak pada rentang Rp1.705–Rp1.880 dengan volume yang diperdagangkan mencapai 69,31 juta saham dengan turnover senilai Rp119,96 miliar. Dari sana, market cap yang dimiliki saham PNBN mencapai Rp41,05 triliun.
Adapun pada awalnya saham PNBN menguat sejak medio April 2022. Pada 18 April 2022 saham PNBN diperdagangkan dengan harga Rp865, naik 13,8 persen dibandingkan dengan posisi 14 April 2022. Kemudian harga saham terus melambung hingga bergerak pada level Rp1.700 hingga Rp1.800.
Hingga akhirnya, pada perdagangan kemarin, jelang RUPST, Selasa (21/6/2022), saham PNBN menyentuh all time high atau ditutup menguat 2,52 persen pada level Rp1.830.
Sementara itu, berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), bank yang dikendalikan oleh ANZ melalui Votraint No. 1103 Pty Limited dan PT Panin Finansial Tbk. ini terakhir kali membagikan dividen tunai kepada pemegang saham pada 2005 silam sebesar Rp8 per saham.
“Mengapa selama 17 tahun tidak membagi dividen? Karena pemegang saham selama ini memprioritaskan penguatan modal. Sebagaimana dimaklumi, sebagai bank, kita diwajibkan untuk memiliki modal yang cukup kuat,” kata Herwidayatmo kepada Bisnis, Rabu (8/6/2022).
Setelah 1 windu lebih lamanya menunggu atau tepatnya 17 tahun, akhirnya Bank Panin membagikan dividen kepada para pemegang saham. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank Panin menyetujui pembagian dividen tunai sebesar paling kurang Rp481,63 miliar setelah dikurangi saham tresuri atau Rp20 per saham.
Untuk diketahui, sepanjang 2021, emiten bersandi saham PNBN ini berhasil membukukan laba bersih setelah pajak (NPAT) konsolidasi sebesar Rp 1,82 triliun. Sedangkan laba operasional sebelum pencadangan dan pajak mencapai Rp7,67 triliun atau tumbuh 15 persen dibandingkan dengan tahun 2020.
Di sisi lain, Herwidayatmo mengungkapkan Bank Panin terus meningkatkan pencadangan untuk mengantisipasi penurunan kualitas portfolio kredit bank dan kredit anak perusahaan, dengan membukukan biaya cadangan sebesar Rp5,25 triliun.
Secara keseluruhan, kredit yang diberikan turun 3,9 persen menjadi Rp124,84 triliun, namun kredit di segmen institusional banking, yang terdiri dari pembiayaan kepada Lembaga Keuangan dan BUMN naik sebesar 18,4 persen dan mencapai Rp24,9 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp21,0 triliun.
"Pertumbuhan kredit di segmen korporasi dan komersial sedikit terhambat di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak dari pandemi Covid-19 dan penerapan prinsip kehati-hatian untuk menjaga kualitas portofolio kredit," kata Herwidayatmo dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Rabu (22/6/2022).
Sementara itu, dia menjelaskan posisi likuiditas bank terjaga dengan baik yang tercermin pada peningkatan giro dan tabungan sebesar 7,2 persen yang kini tercatat sebesar Rp60,5 triliun, sehingga rasio dana murah (CASA) meningkat menjadi 45,12 persen dari 39,4 persen, dan posisi LDR 88,05 persen, dan NSFR mencapai 144 persen.
Dari sisi permodalan mencapai Rp45,4 triliun dengan capital adequacy ratio (CAR) juga terjaga dengan kuat sebesar 29,86 persen. Ini meningkat dibanding pada periode yang sama tahun lalu, yaitu 29,58 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel