Bursa Eropa Dibuka Anjlok Mengekor Pelemahan Wall Street

Bisnis.com,23 Jun 2022, 14:53 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Indeks Stoxx Europe 600 melemah 1,20 persen ke level 400,89 pada awal perdagangan Kamis (24/6/2022)./Blomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Eropa melemah pada awal perdagangan Kamis (24/6/2022), mengekor bursa saham AS yang ditutup melemah seiring dengan pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang memprediksi adanya resesi ekonomi Amerika Serikat dan komitmen penuh dalam menahan inflasi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 melemah 1,20 persen ke level 400,89 pada awal perdagangan. Bursa lainnya di regional juga melemah. Indeks FTSE 100 Inggris turun 0,97 persen, DAX Jerman melemah 1,24 persen, CAC 40 Prancis turun 1,14 persen, dan FTSE MIB Italia tergelincir 1,23 persen.

Sementara itu, kontrak pada indeks S&P 500 dan Nasdaq 100 turun sekitar 0,5 persen.

Pada Rabu (22/6/2022), S&P 500 turun 0,13 persen menjadi 3.579,89, sedangkan Dow dan Nasdaq keduanya turun 0,15 persen masing-masing menjadi 30.483,13 dan 11.053,08.

Pada hari Rabu, Federal Reserve kembali menjadi pusat pembicaraan investasi, dengan ketua Fed Jerome Powell bersaksi di depan Komite Perbankan Senat.

Dalam sambutan yang disiapkan sebelum menerima pertanyaan dari anggota parlemen, Powell mengatakan The Fed "berkomitmen kuat" untuk menurunkan inflasi, sedikit perubahan dalam perumusan dari pernyataan Powell pekan lalu bahwa perjuangan bank sentral melawan inflasi adalah "tanpa syarat."

Selama komentarnya di hadapan anggota parlemen pada hari Rabu, Powell mengatakan resesi di AS tetap "mungkin" dan mengatakan soft landing akan "sangat menantang" untuk dicapai.

Sikap The Fed yang lebih agresif dalam memerangi inflasi telah mengakibatkan sejumlah bankir di Wall Street merevisi perkiraan ekonomi dan meningkatkan ekspektasi mereka bahwa ekonomi AS akan mengarah ke resesi.

Manajer portofolio Advisors Capital Management JoAnne Feeney mengatakan kondisi saat ini masih berada di tengah peningkatan ketidakpastian dan diperkirakan akan tetap demikian untuk beberapa waktu mendatang.

 “Saat ini prospek ke depan untuk ekonomi global masih berisiko. Risiko resesi jelas meningkat,” ungkap Feeney seperti dikutip Bloomberg, Kamis (24/6/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini