Wall Street dan Bursa Eropa Anjlok, Bursa Asia ‘Anteng’ di Zona Hijau

Bisnis.com,23 Jun 2022, 15:06 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas bursa saham Asia berakhir menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (23/6/2022), terlepas dari sentimen negatif rencana kenaikan suku bunga lanjutan Federal Reserve usai pidato Gubernur Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Senat.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 0,08 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 1,39 persen, Shanghai Composite China naik 1,62 persen, dan FTSE Straits Time Singapura naik 0,25 persen.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup menguat 0,2 persen atau 13,96 poin ke level 6.998,27.

Laju bursa Asia berlawanan dengan bursa saham Eropa yang dibuka melemah setelah Wall Street terkoreksi pada perdagangan sebelumnya. Indeks Stoxx Europe 600 melemah 1,20 persen ke level 400,89 pada awal perdagangan.

Padahal, analis sebelumnya memperkirakan bursa saham di Asia Pasifik melemah menyusul kekhawatiran investor terhadap kemungkinan resesi.

Analis OCBC Sekuritas Hendy Andrean menyebutkan, setelah sempat menguat, saham-saham di Amerika Serikat juga langsung anjlok dalam semalam.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 47,12 points, atau 0,15 persen ke 30.483,13. Selanjutnya, S&P 500 tergelincir 0,13 persen ke 3.759,89, dan indeks komposit Nasdaq Composite turun 0,15 persen ke 11.053,08.

"Hal ini karena sebelumnya, Kepala The Fed Jerome Powell mengatakan pada Kongres bahwa bank sentral sangat berkomitmen untuk menurunkan inflasi, yang mencapai level tertinggi 40 tahun di AS," ungkap Hendy dalam riset harian, Kamis (23/6/2022).

Sebelumnya, perdagangan Wall Street bergejolak karena pelaku pasar bereaksi terhadap kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Komite Perbankan Senat. Powell mengindikasikan rencana Fed untuk terus bergerak cepat untuk memerangi inflasi tetapi berpendapat ekonomi AS cukup kuat untuk menangani kebijakan moneter yang lebih ketat.

Powell mengatakan laju kenaikan suku bunga di masa depan akan tergantung pada data yang masuk dan prospek ekonomi yang berkembang dan menyarankan The Fed perlu melihat "bukti kuat" bahwa inflasi melambat sebelum mulai mengurangi rencana pengetatan kebijakan moneternya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini