Dukung Misi Jokowi di KTT G7, Ini Sejumlah Emiten yang Terjun ke Bisnis EBT

Bisnis.com,28 Jun 2022, 18:57 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk, Arsjad Rasjid. Presiden Joko Widodo mengatakan peluang investasi energi bersih di Indonesia cukup besar dalam forum G7. Sejumlah emiten memang tengah memacu ekspansi di sektor energi baru terbarukan atau EBT. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Transisi energi ke energi baru terbarukan jadi perbincangan hangat dalam Konferensi Tingkat Tinggi G7. Presiden Joko Widodo mengatakan peluang investasi energi bersih di Indonesia cukup besar.

Tak menyia-nyiakan peluang tersebut, sejumlah perusahaan, terutama yang bergerak di industri energi bahan bakar fossil seperti batu bara, juga telah mulai menjajaki industri energi baru terbarukan.

Berikut Daftar Emiten yang Ekspansi di Sektor EBT

Indika Energy

PT Indika Energy Tbk. (INDY) telah mencanangkan pendapatan 50 persen dari bisnis non-batu bara pada 2025 dan net zero emission pada 2050.

Perseroan melebarkan sayapnya menggarap bisnis mineral melalui anak usaha, Nusantara Resources, dengan proyek strategis emas Awak Mas di Sulawesi Selatan dan potensi sumber daya 2,29 juta ons, dan cadangan 1,45 juta ons.

Terkait dengan energy bersih, emiten bersandi INDY itu telah bermitra dengan Fourth Partner Energy, perusahaan panel tenaga surya asal India, dan mendirikan perusahaan tenaga surya terintegrasi Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) dengan kepemilikan 51 persen.

EMITS didirikan untuk memberikan solusi energi terbarukan di sektor komersial dan industri dan berencana memasang panel tenaga surya sebesar 500 MW pada 2025 dengan nilai investasi sekitar US$250 juta.

Selanjutnya baru-baru ini, INDY juga mendirikan perusahaan yang bernama PT Mitra Motor Group (MMG), melalui dua anak usahanya, PT Indika Energy Infrastructure (IEI) dan PT Solusi Mobilitas Indonesia (SMI).

Perseroan menjelaskan kegiatan usaha MMG adalah melakukan industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih, melakukan perdagangan besar mobil baru dan suku cadang kendaraan bermotor roda empat/lebih dan aksesorisnya, melakukan usaha pengoperasian instalasi penyediaan listrik, dan melakukan jasa konsultasi manajemen,” jelas Sekretaris Perusahaan Adi Pramono, dikutip Rabu (22/6/2022).

Adapun, struktur kepemilikan modal MMG adalah SMI sebanyak 99,99 persen atau Rp39,99 miliar, dan sisanya dicaplok IEI 0,0025 persen atau Rp1 juta, sehingga totalnya Rp40 miliar atau 100 persen.

TBS Energi Utama

Senada, PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) yang juga mulai mengubah bisnisnya ke arah energi baru terbarukan dengan melakukan ekspansi ke bisnis kendaraan listrik. Diinisiasi pertama kali menggandeng Gojek.

Pada 9 Desember 2021, perseroan melalui anak usaha PT Karya Baru TBS bersepakat dengan usaha afiliasi Gojek bernama PT Rekan Anak Bangsa (RAB), untuk mendirikan usaha patungan bernama PT Energi Kreasi Bersama (EKB) yang akan melaksanakan perakitan, perdagangan, dan reparasi sepeda motor listrik.

EKB inilah yang dipercaya membesut perakitan, perdagangan, dan reparasi sepeda motor listrik yang kemudian diberi nama Electrum.

EKB juga akan bergerak di bidang perakitan baterai motor, serta stasiun penukaran baterai kendaraan listrik (battery swap). Untuk itu, EKB dibekali modal sebesar Rp71,7 miliar.

Kolaborasi kedua perusahaan tersebut dilakukan sebulan setelah Gojek berinvestasi dan lalu memboyong Gogoro ke Indonesia. Adapun, Gogoro merupakan perusahaan kendaraan listrik asal Taiwan.

Adaro Energy Indonesia

Selanjutnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) juga bersiap mengucurkan investasi besar untuk beralih ke bisnis EBT. ADRO sudah mulai mencoba operasi pembangkit listrik EBT di tambang Adaro MetCoal (AMC) dan sedang dalam pembangunan solar power plant yang akan menjadi yang terbesar di Indonesia.

ADRO juga disebut sudah menerima beberapa tender dari PLN, dan ada satu tender dari dua konsorsium yang lolos, di antaranya terdapat MoU untuk meneliti green hydrogen.

ADRO melalui Adaro Power juga mempelajari proyek-proyek seperti biomassa, tenaga angin, dan panel surya untuk ,elakukan diversifikasi sumber energi.

Saat ini, ADRO juga telah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Atap 130 kWp di Kelanis, serta menambahkan kapasitas 468 kWp dengan sistem terapung. Llistrik yang dihasilkan oleh PLTS di Kelanis tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di area operasional perusahaan dengan estimasi produksi sekitar 618.000 kWh per tahun.

PTBA

Tak ketinggalan, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) juga mejajaki bisnis energi baru terbarukan dengan pembangunan PLTS berkapasitas 241 kilo watt peak di Gedung Airport Operation Control Center (AOCC) Bandara Soekarno Hatta, bekerja sama dengan Angkasa Pura II.

Mendukung Indonesia sebagai tuan rumah G20, PTBA juga mengembangkan PLTS di area Tol Bali Mandara bekerja sama dengan Jasa Marga.

Masih berjalan, PTBA saat ini masih dalam proses pengembangan PLTS bekas tambang Ombilin dan PLTS bekas tambang Tanjung Enim dengan kapsitas masing-masing 200MW.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini