Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) berhasil mempertahankan kualitas kredit yang disalurkan kepada UMKM melalui strategi pembiayaan yang selektif.
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan saat ini kondisi rasio kredit bermasalah atau non performing loan/NPL BRI terjaga pada kisaran 3 persen. Kondisi tersebut sesuai dengan guidance BRI pada awal tahun.
“Strategi BRI dalam menjaga NPL yakni dengan selective growth, berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi yang kuat serta eksposur minimum terhadap gejolak,” kata Aestika, Rabu (29/6/2022).
Adapun sektor-sektor yang dinilai cukup tangguh dalam menghadapi gejolak, kata Aestika, antara lain seperti Pertanian, Industri bahan kimia, serta makanan dan minuman.
Upaya lain yang dilakukan BRI untuk menjaga NPL, lanjutnya, adalah dengan selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah, serta menerapkan soft landing strategy dengan terus membentuk cadangan yang cukup.
“Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi,” kata Aestika.
Aestika menuturkan hingga Mei 2022 penyaluran kredit BRI (bank only) kepada segmen UMKM tercatat tumbuh positif, seiring dengan penyaluran kredit BRI yang tumbuh 9,76 persen yoy. Penopang utama pertumbuhan kredit UMKM masih pada segmen mikro tercatat tumbuh paling tinggi yakni sebesar 15,61 persen yoy.
Adapun proporsi kredit UMKM BRI terhadap total kredit BRI secara keseluruhan berada pada kisaran 84 persen. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2025 BRI memiliki visi porsi komposisi kredit UMKM mencapai hingga 85 persen, sementara porsi kredit korporasi akan dijaga maksimal berada pada kisaran 15 persen dari total kredit yang disalurkan BRI.
Dia mengatakan saat ini yang lebih dibutuhkan oleh UMKM sebetulnya bukan advokasi tetapi adalah edukasi. Adapun edukasi yang harus diberikan berupa semangat entrepreneurship karena tidak semua UMKM memiliki semangat tersebut.
“Kemudian UMKM perlu dibekali ilmu administrasi manajerial untuk mengatur keuangan, mengakses informasi, mengakses pasar, dan mengakses permodalan,” kata Aestika.
Setelah itu, UMKM dibimbing menjalankan bisnis secara sustainable atau berkelanjutan, dengan mengedepankan prinsip good corporate governance (GCG). Jika sudah layak dan komersial, akses pembiayaan yang makin meningkat bagi UMKM pun akan terwujud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel