Komitmen Lakukan Perbaikan, Sejumlah Lembaga Internasional dan Lokal Berikan Apresiasi BBKP

Bisnis.com,01 Jul 2022, 09:44 WIB
Penulis: Media Digital
Foto: Dok. KB Bukopin

Bisnis.com, JAKARTA - Komitmen PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) untuk terus melakukan perbaikan setiap tahunnya dengan cara menerapkan sejumlah langkah strategis perusahaan, telah membuat sejumlah lembaga internasional maupun lokal Tanah Air memberikan apresiasi kepada kiprah perseroan. 

Sejumlah lembaga tersebut antara lain yakni Fitch Ratings sebuah lembaga pemeringkat kredit international yang berkantor pusat di New York dan London, lalu PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) sebuah lembaga rating obligasi bentukan Bapepam-LK dan Bank Indonesia, dan juga International Finance Corporation (IFC) yakni lembaga keuangan internasional yang menawarkan layanan investasi, konsultasi, dan pengelolaan aset. 

Bank berkode emiten BBKP tersebut, kembali mempertahankan peringkat korporasi dan obligasi rupiah jangka panjangnya dengan rating idAAA dengan outlook stabil dari Fitch Ratings. Peringkat tersebut telah dipertahankan BBKP sejak 2020 hingga Juni 2022. 

Peringkat idAAA yang diberikan kepada KB Bukopin berlaku selama satu tahun. Peringkat diberikan kepada emiten atau obligasi dengan ekspektasi risiko gagal bayar yang paling rendah dibandingkan dengan semua emiten atau obligasi di negara dan serikat moneter yang sama. 

Direktur Keuangan KB Bukopin, Seng Hyup Shin mengapresiasi peringkat yang diberikan Fitch Ratings. Dia menjelaskan bahwa KB Bukopin selalu berkomitmen untuk melakukan perbaikan setiap tahun dengan cara menerapkan sejumlah langkah strategis. 

Salah satu strategi yang bakal diterapkan, kata dia adalah merealisasikan New Generation Banking System dengan sasaran utama transformasi outlet dan jaringan distribusi di seluruh Indonesia. 

"Komitmen tersebut juga akan terefleksikan pada optimalisasi produk dan layanan kami, sehingga diharapkan bisnis inti akan menjadi lebih customer oriented, digital dan efisien," tuturnya, Senin (27/6). 

Terkait dengan strategi keuangan, Shin menyebut bahwa KB Bukopin juga akan menerapkan proses uji tuntas atau due diligence dengan para mitra dan melakukan konsolidasi terkait bad loan. 

"Lalu dari sisi penanganan kredit bermasalah (NPL) KB Bukopin akan melakukan penjualan aset dari kredit bermasalah melalui skema penerbitan sukuk lalu skema penerbitan asset back secutties (ABS) atau efek yang terdiri dari sekumpulan aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial dan beberapa negosiasi lain," katanya. 

Sementara itu PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) juga telah memberi peringkat idAAA untuk General Obligation (GO) dan idAA untuk SR Sub. Debt II/2015 dengan prospek peringkat perseroan adalah stabil. 

Prospek stabil dimaknai dengan memiliki kemampuan untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang dibandingkan terhadap obligor Indonesia lainnya. 

Obligor yang berperingkat idAAA adalah obligor peringkat tertinggi yang diberikan oleh Pefindo. Sedangkan untuk efek utang dengan peringkat idAAA memiliki sedikit perbedaan dengan peringkat tertinggi yang diberikan dan kemampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas efek utang tersebut jika dibandingkan obligor lain sangat kuat. 

Pefindo sendiri merupakan institusi pemeringkat di Indonesia yang setiap tahun peringkatan bakal diperbaharui secara periodik. Shin menjelaskan bahwa pihaknya akan terus meningkatkan kinerja KB Bukopin setiap tahun untuk mempertahankan peringkatnya tersebut. 

"Dengan diraihnya peringkat idAAA dari Pefindo untuk Bank KB Bukopin merefleksikan konsistensi dan komitmen perusahaan secara menyeluruh," ujarnya. 

Sementara itu, pada saat bersamaan, KB Bukopin mendapatkan komitmen pinjaman senilai total US$300 juta atau setara Rp4,41 triliun dari International Finance Corporation (IFC) untuk digunakan mendanai inisiatif sosial yang berfokus pada penanganan dampak sosial ekonomi akibat dari Covid-19. 

Selain itu, dana itu untuk pembiayaan di segmen sosial seperti UMKM, perumahan yang terjangkau, perawatan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. 

Struktur obligasi sosial itu dilakukan untuk memberikan 100% dari hasil secara langsung dan tidak langsung untuk KB Bukopin, yang merupakan anak perusahaan bank terbesar Korea Selatan KB Kookmin Bank Co., Ltd. (KBHQ) sebesar 67 persen. 

Direktur Keuangan Bank KB Bukopin Seng Hyup Shin menjelaskan, obligasi sosial tersebut terdiri atas dua tahapan. Tahapan pertama berupa pinjaman senilai US$240 juta (Rp3,53 triliun) yang dipinjam KBHQ. 

Keseluruhan dari pinjaman itu secara eksklusif dipinjamkan kembali ke Bank KB Bukopin yang kemudian disalurkan pada pembiayaan untuk pertumbuhan portfolio pinjaman sosial. 

Adapun tahap kedua yaitu pinjaman langsung kepada KB Bukopin senilai US$60 juta (Rp882,78 miliar), yang akan disalurkan dalam bentuk kredit berwawasan lingkungan dan sosial. 

Menurutnya hal ini sejalan dengan program yang sedang berlangsung, yakni terkait keuangan berkelanjutan di mana KB Bukopin akan menghindari kegiatan pembiayaan yang dapat menimbulkan dampak lingkungan dan risiko sosial. 

Selanjutnya, pembiayaan disalurkan kepada debitur yang kurang terlayani secara sosial. "Semua akan dilaksanakan untuk berkontribusi dalam pemulihan ekonomi di Indonesia pasca-pandemi Covid-19," ujarnya. 

IFC, anggota Grup Bank Dunia, adalah lembaga pembangunan global terbesar yang berfokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang. Investasi tersebut tidak hanya akan berkontribusi pada pertumbuhan pembiayaan berorientasi sosial bertanggung jawab, tetapi juga akan membantu mengembangkan pasar modal di Indonesia. 

Ini dilakukan dengan menambahkan ikatan tematik lain dalam bentuk instrumen ikatan sosial pertama oleh bank swasta manapun. di Indonesia. 

"Kami bangga dapat menjalin kerja sama dengan Bank KB Bukopin melalui inisiatif besar Grup Bank Dunia yang melihat sebagai penerbitan ikatan sosial pertama oleh bank swasta mana pun di Indonesia,” kata Direktur Regional IFC untuk Asia Timur dan Pasifik, Kim-See Lim. 

Menurut dia, hal yang terpenting adalah investasi ini datang pada saat yang krusial ketika pandemi Covid-19 dirasakan telah memberikan kemunduran besar dalam upaya Indonesia untuk mengurangi kemiskinan dan mencapai tujuan pembangunannya. 

"Ini merupakan langkah awal yang penting untuk mengembangkan pasar obligasi sosial di Indonesia yang dapat mempromosikan keberlanjutan dan inklusivitas sambil memberikan dukungan yang vital bagi pelaku bisnis UMKM dan lainnya yang terkena dampak pandemi," kata Lim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Media Digital
Terkini