Gawat! Banyak Negara Bakal Jatuh ke Jurang Resesi Tahun Depan

Bisnis.com,04 Jul 2022, 15:37 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Euro./afr.com

Bisnis.com, JAKARTA - Banyak negara akan masuk ke jurang resesi dalam satu tahun ke depan menyusul pengetatan kebijakan pemerintah dan meningkatnya biaya hidup, menurut riset Nomura Holdings Inc.

Dilansir Bloomberg, analis Nomura Rob Subbaraman dan Si Ying Toh memperkirakan zona euro, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Kanada jatuh ke dalam jurang resesi bersama dengan AS.

Mereka mengatakan bank sentral yang ingin memulihkan kredibilitas pengendalian inflasi mereka kemungkinan akan melakukan kesalahan berupa pengetatan kebijakan terlalu banyak hingga mengorbankan pertumbuhan, sebelum memangkas suku bunga pada tahun 2023.

"Meningkatnya tanda-tanda bahwa ekonomi dunia memasuki perlambatan pertumbuhan yang tersinkronisasi, yang berarti negara-negara tidak dapat lagi mengandalkan pemulihan ekspor untuk pertumbuhan, juga telah mendorong kami untuk memperkirakan resesi," tulis mereka, seperti dilansir Bloomberg, Senin (4/7/2022)..

Inflasi yang tinggi kemungkinan akan bertahan karena tekanan harga telah menyebar di luar komoditas ke barang-barang jasa, persewaan dan upah.

Kedalaman resesi akan bervariasi antar negara. Di AS, Nomura memperkirakan resesi yang dangkal tapi berlangsung lama hingga lima kuartal, mulai dari kuartal terakhir tahun ini. Di Eropa, resesi bisa jauh lebih dalam jika Rusia sepenuhnya menghentikan pasokan gas ke Eropa.

Untuk ekonomi menengah, termasuk Australia, Kanada dan Korea Selatan, ada risiko resesi yang lebih dalam dari perkiraan jika kenaikan suku bunga memicu kegagalan perumahan. Korea terlihat mengambil pukulan awal paling tajam dengan kontraksi 2,2 persen pada kuartal ketiga tahun ini.

Jepang diperkirakan mengalami resesi paling ringan berkat dukungan kebijakan yang sedang berlangsung dan pembukaan kembali ekonomi yang tertunda. Sementara itu, Nomura mengecualikan China karena ekonominya pulih dengan bantuan kebijakan akomodatif, meskipun tetap berisiko selama Beijing tetap pada kebijakan zero Covid-nya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini