Sri Lanka Krisis Energi, Stok Bahan Bakar Kurang untuk Kebutuhan Sehari

Bisnis.com,05 Jul 2022, 08:36 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Bendera nasional Sri Lanka/ Bloomberg-Taylor Weidman

Bisnis.com, JAKARTA - Persediaan bahan bakar di Sri Lanka tinggal kurang dari satu hari, sehingga transportasi umum terpaksa terhenti saat krisis ekonomi negara semakin dalam, kata menteri energi negara itu.

Menteri Energi dan Listrik, Kanchana Wijesekera mengatakan cadangan bensin sekitar 4.000 ton, tepat di bawah konsumsi satu hari, ketika antrean mengular melalui kota utama Kolombo selama beberapa kilometer.

Negara yang tengah krisis keuangan itu juga terpaksa memperpanjang penutupan sekolah karena tidak cukup bahan bakar bagi guru dan orang tua untuk membawa anak-anak ke ruang kelas.

Sebagian besar stasiun pompa bahan bakar kosong selama berhari-hari.

Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan kepada Al Jazeera pekan lalu bahwa kekurangan bensin akan berlangsung hingga 22 Juli ketika pengiriman minyak berikutnya sampai.

Dia mengatakan kesepakatan gas telah dicapai yang akan memastikan pasokan untuk empat bulan ke depan.

“Ini [kekurangan bahan bakar] adalah kemunduran besar bagi perekonomian dan telah menyebabkan banyak kesulitan bagi orang-orang. Kekurangan dolar benar-benar berkontribusi pada situasi ini. Kami telah mengambil langkah sejak saat itu terutama untuk mendapatkan gas yang akan tersedia dalam beberapa hari ke depan, solar dan juga minyak tanah,” katanya seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (5/7/2022).

“Masalahnya adalah bensin dan hal itu akan memakan sedikit waktu. Kami berharap untuk mendapatkan pengiriman bensin pada 22 Juli tetapi saya telah meminta menteri [yang bersangkutan] untuk mencoba mendapatkan pengiriman lebih awal.”

Wijesekera mengatakan kepada wartawan pada Minggu (3/7/2022), bahwa pemerintah telah memesan stok bahan bakar baru dan kapal pertama dengan 40.000 metrik ton diesel diharapkan tiba pada hari Jumat.

Menteri itu mengatakan masalah utama adalah kurangnya dolar dan mengimbau sekitar dua juta orang Sri Lanka yang bekerja di luar negeri untuk mengirim pulang pendapatan devisa mereka melalui bank, bukan saluran informal.

Dia mengatakan pengiriman uang pekerja, yang biasanya mencapai US$600 juta per bulan, telah menurun menjadi US$318 juta pada bulan Juni.

“Mencari uang adalah sebuah tantangan. Ini tantangan besar," katanya.

Minggu lalu, Sri Lanka mengumumkan penghentian dua minggu untuk semua penjualan bahan bakar kecuali untuk layanan penting untuk menghemat bensin dan solar untuk keadaan darurat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini