Bisnis.com, JAKARTA – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mulai merasakan dampak positif berbagai inisiatif untuk mendongkrak persentase pengumpulan iuran alias tingkat kolektibilitas.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menjelaskan setidaknya sudah ada lima inisiatif yang telah terealisasi terkait upaya pengumpulan iuran, salah satunya auto-debit untuk para peserta segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) Mandiri.
"Terkadang masyarakat itu menunggak hanya lupa. Jadi dengan auto-debit ini, asalkan ada uang saja di rekening [akan terpotong otomatis]. Saat ini, sekitar 7 juta peserta PBPU tercatat sudah memanfaatkan fasilitas auto-debit," ujarnya dalam paparan publik Pengelolaan Program dan Keuangan BPJS Kesehatan 2021, Selasa (5/7/2022).
Kedua, ada pula program peserta saling membantu peserta PBPU mandiri kelas III yang kurang mampu dan kesulitan membayarkan tunggakannya. Lewat Program Inovasi Pendanaan Masyarakat Peduli JKN ini, sebanyak 8.190 peserta telah menerima bantuan sepanjang 2021.
Inisiatif ketiga, yaitu telecolecting alias penagihan melalui telepon yang dilakukan oleh sekitar 335 petugas BPJS Kesehatan. Ghufron menyebut upaya ini bertujuan bukan hanya menjaga tingkat kolektibilitas, tetapi juga edukasi kepada peserta.
Keempat, ada program REHAB atau program pembayaran tunggakan iuran secara bertahap, terutama bagi peserta yang menunggak di atas 4 bulan. Program ini mulai meluncur pada Januari 2022.
"Sepanjang tahun berjalan, peserta yang mengikuti program REHAB sudah hampir 125 ribu. Ini bisa membantu masyarakat yang itu tadi, banyak yang lupa bayar. Sehingga, mohon maaf, ketika ada kecelakaan, sakit, atau keadaan darurat, baru sadar kalau kepesertaannya sudah tidak aktif," jelasnya.
Terakhir, ada sebanyak 2.109 Kader JKN di seluruh Indonesia yang melakukan fungsi edukasi, sosialisasi, pengumpulan iuran, dan fungsi pemasaran program JKN kepada masyarakat.
Selain itu, BPJS Kesehatan juga menggandeng institusi seperti bank atau lembaga keuangan non-bank, menjadikan karyawan atau tenaga lapangan mereka untuk menjadi agen BPJS Kesehatan yang memperkenalkan program JKN sampai ke pelosok negeri.
Inisiatif ini secara umum membawa total tingkat kolektibilitas iuran BPJS Kesehatan meningkat dari 95,77 persen pada 2020 menjadi Rp97,37 persen pada 2021. Adapun, nominal iuran pada periode 2021 mencapai Rp143,32 triliun, naik dari periode 2020 senilai Rp139,85 triliun.
Direktur Keuangan BPJS Kesehatan Arief Witjaksono Juwono Putro mengungkap bahwa berbagai upaya ini secara nyata telah mengatasi tantangan kolektibilitas, terutama segmen PBPU mandiri.
Sebab, tingkat kolektibilitas segmen ini sempat hanya berada di 60 persen saja. Namun, secara bertahap telah meningkat mencapai 74,62 persen pada 2020 dan berlanjut mencapai 80,57 persen pada 2021.
Menurutnya, program REHAB masih bisa terus dimaksimalkan untuk menarik golongan peserta tidak aktif yang sudah telanjur malas membayar iuran, karena tunggakannya terlampau besar. Sementara fitur auto-debit bisa ditawarkan pula kepada mereka sebagai solusi, supaya tidak kelupaan dan sampai menunggak lagi.
"Fitur auto-debit itu dari total 15 juta peserta PBPU mandiri, peserta yang memanfaatkan meningkat pesat dari kisaran 4 juta peserta menjadi 7 juta peserta. Karena tadinya harus offline pergi ke bank, sekarang sudah bisa otomatis. Harapannya tahun ini bertambah lagi sampai 8 juta peserta," jelasnya ketika ditemui selepas acara.
Arief menekankan bahwa pihaknya juga terus memperluas kemitraan terhadap mitra penyedia pembayaran, di mana saat ini telah mencapai 696.559 kanal pembayaran.
"Kami sudah masuk ke semua bank BUMN, sebagian besar bank swasta dan bank daerah, sampai fintech dan e-commerce, serta jaringan toko fisik dan tradisional. Harapannya, strategi ini juga menarik masyarakat yang sampai saat ini belum menjadi peserta. Karena sekarang ini sudah semakin mudah mendaftar, dan sudah tidak ada alasan lagi kesulitan mau membayar iuran ke mana," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel