BMRI hingga BNGA Masuk Bisnis Paylater, Mampukah Goyang Fintech?

Bisnis.com,06 Jul 2022, 18:33 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Bank Mandiri atau BMRI hingga CIMB NIaga atau BNGA masuk bisnis paylater, mampukah goyang fintech? /Bisnis-Muhammad Khadafi

Bisnis.com, JAKARTA — Besarnya potensi bisnis bayar tunda atau paylater telah menarik minat sejumlah bank untuk bermain di layanan ini. Namun, ada sedikit catatan agar bank dapat bersaing dengan pelaku fintech yang sudah lebih dulu menggarap kue di sektor ini.

Laporan International Data Corporation (IDC) bertajuk How Southeast Asia Buys and Pays: Driving New Business Value for Merchants mengungkapkan penggunaan layanan bayar tunda pada transaksi e-commerce di Indonesia tahun 2020, mencapai US$530 juta.

Angka itu setara dengan 58 persen dari total penggunaan paylater pada transaksi e-commerce di Asia Tenggara sebesar US$910 juta pada 2020.

IDC juga memproyeksikan nilai penggunaan paylater dalam transaksi e-commerce di Asia Tenggara bakal mencapai US$8,84 miliar pada 2025 atau naik 8,8 kali dibandingkan 2020. Nilai yang cukup menggiurkan bagi perbankan untuk masuk ke bisnis tersebut.

Sejauh ini, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), dan PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) bersiap mencecap manisnya bisnis paylater. Sementara itu, PT Bank Jago Tbk. (ARTO) menggarap bisnis paylater dengan cara partnership lending atau bermitra dengan Gojek, Tokopedia, Traveloka, hingga Atome.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bima Yudhistira menilai langkah perbankan untuk masuk ke bisnis paylater adalah keputusan tepat. Menurutnya, potensi layanan ini sangat besar lantaran estimasi transaksi yang diperkirakan terus bertumbuh.

Dia menambahkan bahwa tantangan bagi perbankan untuk masuk ke bisnis ini adalah integrasi ekosistem digital yang harus diperluas. Pasalnya, setiap platform digital saat ini memiliki lini layanan paylater tersendiri.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh perbankan agar mampu bersaing adalah dengan membidik segmen platform yang sejauh ini belum memiliki fitur paylater. Semisal, segmen teknologi pertanian atau agroteknologi, edutech, ataupun healthtech.

“Cara lain untuk merebut pangsa pasar paylater adalah dengan tebar promo dan diskon. Contohnya, bunga murah, denda keterlambatan kecil maupun cross promotion dengan menggandeng restoran atau tempat hiburan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (5/7/2022).

Dari sisi perbankan, Sekretaris Perusahaan Bank Raya Ajeng Putri Hapsari mengungkapkan bahwa Pinang Paylater menjadi harapan agar mampu berkontribusi terhadap laba dari anak perusahaan milik BRI ini.

Dia mengungkapkan saat ini Bank Raya sedang melakukan product market fit Pinang Paylater untuk Agen BRILink. Adapun, target pasar Pinang Paylater menyasar Agen BRILink.

“Bank Raya memperoleh fee based income dari transaksi Pinang Paylater dan harapan kami dapat berkontribusi terhadap laba perseroan,” kata Ajeng.

Sementara itu, Direktur Consumer Banking CIMB Niaga Noviady Wahyudi mengungkapkan bahwa perseroan masih dalam tahap rencana untuk merilis layanan paylater. Menurutnya, layanan ini memiliki segmen berbeda dengan kartu kredit, meskipun fasilitasnya serupa.

Dia menyampaikan bahwa layanan paylater milik CIMB Niaga ini nantinya dapat memberikan pinjaman untuk berbagai kebutuhan nasabah, baik untuk belanja maupun sebagai dana tunai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini