Mayoritas Big Cap Turun, Saham BBCA & BBRI Tetap Layak Dicermati

Bisnis.com,07 Jul 2022, 19:15 WIB
Penulis: Dewi Fadhilah Soemanagara
Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja. /BCA

Bisnis.com, JAKARTA – Sebagian besar emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar (big cap) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami koreksi pada penutupan perdagangan Kamis, (7/7/2022).

Mengutip data BEI, dari 10 saham big cap, hanya 4 yang parkir di zona hijau, sedangkan 6 sisanya parkir di zona merah didominasi oleh emiten bank kelas kakap.

Saham big cap yang paling dalam terkoreksi yaitu PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) dengan penurunan 4,09 persen atau setara 3.125 poin ke level 73.250, disusul PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang merosot 2,74 persen atau 200 poin ke posisi 7.100.

ASII, BMRI, BBRI, dan BBNI juga turut meramaikan zona merah dengan penurunan di kisaran 0,65 persen hingga 2,06 persen hari ini.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan, ada dua emiten dalam top 10 big cap dengan performa yang selalu bisa naik kembali dan patut dicermati.

“Tentunya dari top ten big cap ada beberapa emiten yang sudah terbukti secara performance harganya selalu bisa naik kembali, yakni BBCA dan BBRI,” paparnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (7/7/2022).

Kedua saham perbankan besar tersebut secara kinerja hingga kuartal I/2022 tercatat tumbuh positif.

Koreksi yang terjadi pada kedua saham tersebut saat ini, menurut Roger, bisa menguntungkan bagi investor dalam jangka menengah maupun jangka panjang.

“Dalam kondisi global makro yang kurang menguntungkan saat ini sebaiknya investor kembali ke fundamental,” imbuh Roger.

Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, BBRI tergolong kuat karena mencatatkan pencapaian terbaik pada Mei 2022 didukung pertumbuhan pendapatan bunga dan nonbunga serta efisiensi beban bunga, sedangkan BBCA juga dinilai memiliki kinerja yang tangguh.

Mirae Asset merekomendasikan buy untuk saham BBCA dan BBRI dengan target harga masing-masing Rp8.550 dan Rp5.450.

Risiko investasi saham perbankan yang perlu diperhatikan terkait adanya pembatasan mobilitas yang mungkin terjadi, meningkatnya inflasi, pertumbuhan kredit melambat, dan kualitas aset yang memburuk.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini