Bisnis.com, JAKARTA - Aplikasi Enel Kekuatan Hijau atau Enel Green Power ramai diperbincangkan beberapa hari ini lantaran aplikasi yang diklaim sebagai penghasil uang tersebut tak bisa diakses sejak Senin lalu (4/7/2022). Dana yang sudah terlanjur diletakkan di aplikasi tersebut tak dapat lagi ditarik oleh para pengguna.
Sebetulnya, kasus investasi bodong bukan hanya terjadi sekali saja di Indonesia. Namun, masih adanya korban pada kasus serupa seolah menunjukkan para korban tak belajar dari pengalaman sebelumnya. Lalu mengapa masih saja ada orang yang mudah tertipu dengan investasi bodong ini?
Perencana Keuangan Andy Nugroho menyampaikan, ini ada kaitannya dengan salah satu sifat dasar manusia, yaitu tamak. Ditambah lagi dengan keinginan hasil yang cepat, banyak dan instan tanpa mau kerja keras.
"Walaupun mungkin banyak orang sudah banyak baca soal investasi bodong tapi begitu ada tawaran seperti itu lagi ya tergiur lagi," katanya kepada Bisnis, Rabu malam (6/7/2022).
Diberitakan Bisnis sebelumnya, dalam deskripsi di Play Store, aplikasi dengan nama Energi Hijau tersebut menawarkan metode investasi rendah dengan pengembalian hasil investasi tinggi.
Ketua SWI sekaligus Kepala Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tongam L. Tobing menduga aplikasi Enel Kekuatan Hijau merupakan kegiatan money game melalui aplikasi penghasil uang dengan kedok investasi alat pembangkit listrik yang menjanjikan keuntungan sampai dengan 200 persen.
"Mereka minta masyarakat melakukan deposit dan melakukan rekrut member untuk mendapat bonus lebih tinggi," ujar Tongam.
Dihubungi terpisah, Perencana Keuangan Melvin Mumpuni menduga korban yang tertipu belum teredukasi sepenuhnya. Apalagi, jika dilihat para korban berasal dari masyarakat kelas menengah ke bawah lantaran kerugian tiap orang mulai dari Rp500.000 hingga Rp20 juta, sebagaimana dipantau Bisnis hingga Rabu malam (6/7/2022).
Selain kurangnya edukasi, Melvin menilai inflasi pada Juni 2022 yang mencapai 4,35 persen (year-on-year/yoy) memaksa sebagian orang mencari solusi jangka pendek.
"Satu karena memang kebutuhan dan kedua dia berpikir ini solusi jangka pendek padahal itu besar kemungkinannya money game," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel