Mengenal Abenomics, Besutan Shinzo Abe yang Meninggal di Ujung Bedil

Bisnis.com,08 Jul 2022, 16:42 WIB
Penulis: Ni Luh Anggela
Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang baru saja meninggal dunia. REUTERS/Yuya Shino/File Foto

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meninggal dunia setelah ditembak oleh seorang pria saat memberikan pidato di perfektur barat Nara, Tokyo pada Jumat (8/7/2022).

Dilansir dari Bloomberg, pihak berwenang di Jepang mengonfirmasi wafatnya Shinzo Abe. Dia sempat mendapatkan perawatan setelah ditembak, tetapi kabar duka kemudian datang.

"Mantan Perdana Menteri Shinzo Abe—perdana menteri terlama di Jepang dan tokoh berpengaruh yang bertahan lama—meninggal setelah dia ditembak dalam acara kampanye Jumat, kata penyiar nasional NHK," dikutip dari Bloomberg pada Jumat (8/7/2022).

Shinzo Abe merupakan salah satu tokoh politik yang ternama di Jepang. Selain pernah menjadi Perdana Menteri termuda, Abe yang memimpin Jepang dengan masa jabatan terlama dan juga dikenal dengan kebijakan ekonominya, yaitu Abenomics.

Abenomics mulai ditetapkan pada 2012 ketika Abe kembali berkuasa untuk kedua kalinya. Kebijakan tersebut dipromosikan sebagai cara mendorong ekonomi Jepang keluar dari periode pertumbuhan minimal dan deflasi secara keseluruhan.

Apa itu Abenomics?

Melansir Investopedia, Jumat (8/7/2022), Abenomics awalnya digambarkan sebagai pendekatan tiga panah. Pertama, mencetak mata uang tambahan untuk membuat ekspor Jepang lebih menarik dan menghasilkan inflasi yang moderat sekitar 2 persen.

Kedua, program baru pengeluaran pemerintah untuk merangsang permintaan dan konsumsi, baik untuk merangsang pertumbuhan jangka pendek maupun mencapai surplus anggaran dalam jangka panjang.

Ketiga, reformasi berbagai peraturan. Hal ini dilakukan guna mendorong industri Jepang lebih kompetitif dan untuk mendorong investasi di dan dari sektor swasta.

Termasuk di dalamnya, reformasi tata kelola perusahaan, pelonggaran pembatasan mempekerjakan staf asing di zona ekonomi khusus, memudahkan perusahaan untuk memecat pekerja yang tidak efektif, meliberalisasi sektor kesehatan, dan menerapkan langkah-langkah bantuan pengusaha domestik dan asing.

Undang-undang yang diusulkan juga bertujuan untuk merestrukturisasi industri utilitas dan farmasi dan memodernisasi sektor pertanian. Salah satu yang terpenting, yaitu Kemitraan Trans-Pasifik (TPP). Kebijakan itu digambarkan oleh ekonom Yoshizaki Tatsuhiko berpotensi sebagai "kunci utama strategi revitalisasi Abenomics", dengan membuat Jepang lebih kompetitif melalui perdagangan bebas.

Dampak Abenomics

Lantas apakah Abenomics berhasil mendorong ekonomi Jepang keluar dari periode pertumbuhan minimal dan deflasi secara keseluruhan?

Seperti semua kebijakan ekonomi Jepang sejak bubble burst, Abenomics bekerja dengan baik dalam satu waktu, namun terkendala di waktu lain. Target inflasi telah terpenuhi dan tingkat pengangguran Jepang lebih dari 2 persen lebih rendah daripada ketika Abe berkuasa untuk kedua kalinya.

Demikian pula, produk domestik bruto (PDB) Jepang telah meningkat dan laba sebelum pajak serta pendapatan pajak perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan.

Namun, periode kesuksesan Jepang dihentikan oleh kekuatan ekonomi global dan masalah ekonomi negara yang paling signifikan dihadapi oleh negara ini, yaitu  populasi yang menua dengan cepat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini