Survei Sophos: 66 Persen Perusahaan di Dunia Diserang Ransomware

Bisnis.com,12 Jul 2022, 14:44 WIB
Penulis: Rahmi Yati
Ilustrasi kejahatan siber./Reuters-Kacper Pempel

Bisnis.com, JAKARTA - Sophos merilis survei tahunan dan tinjauan mengenai pengalaman-pengalaman yang terjadi dengan adanya ransomware bertajuk State of Ransomware 2022. Hasilnya, 66 persen perusahaan yang disurvei mengalami kenaikan serangan ransomware hingga 37 persen pada 2021.

Principal Research Scientist di Sophos Chester Wisniewski mengatakan selain peningkatakan serangan siber tersebut, rata-rata uang tebusan yang dibayarkan oleh perusahaan yang datanya dienkripsi dalam serangan ransomware meningkat hampir lima kali lipat hingga mencapai US$812.360, atau tiga kali lipat lebih tinggi dari proporsi organisasi yang membayar uang tebusan sebesar US$1 juta atau lebih.

"46 persen organisasi yang memiliki data terenkripsi membayar uang tebusan untuk mendapatkan data mereka kembali bahkan apabila mereka bisa mendapatkan data mereka kembali dengan cara lainnya, seperti melalui backup," katanya, Selasa (12/7/2022).

Wisniewski menyebut laporan ini merangkum dampak dari ransomware pada 5.600 perusahaan menengah di 31 negara di seluruh Eropa, Amerika, Asia Pasifik dan Asia Tengah, Timur Tengah, dan Afrika.

Menurutnya, setelah terjadinya serangan ransomware sering kali terdapat tekanan untuk bangkit dan secepat mungkin untuk berjalan kembali. Untuk memulihkan data terenkripsi dengan menggunakan backup dapat jadi proses yang sulit dan memakan waktu, sehingga perusahaan mungkin tergoda untuk berpikir bahwa membayar uang tebusan untuk mendapatkan decryption key adalah pilihan yang lebih cepat.

"Namun, ini juga merupakan pilihan yang penuh dengan risiko. Perusahaan tidak akan tahu apa yang mungkin dilakukan penyerang, seperti menambahkan pintu belakang, menyalin kata sandi, dan lainnya," ujar Wisniewski.

Lebih lanjut dia memerinci Laporan State of Ransomware 2022 ini menemukan insiden ransomware yang terjadi selama 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  1. 1
  2. 2
Tampilkan semua
Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini
'