Industri Hotel dan Restoran Bangkit dari Covid-19, Kembali Terpuruk karena BBM?

Bisnis.com,14 Jul 2022, 00:40 WIB
Penulis: M. Mutawallie Syarawie
Petugas SPBU menjual Pertalite, produk bensin baru dari Pertamina/Antara-M. Agung Rajasa

Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) membeberkan efek berganda kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap kelangsungan usaha di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Ketua PHRI Balikpapan Sahmal Ruhip menyatakan industri perhotelan kembali dihadapkan pada tantangan yang cukup berat setelah wabah Covid-19 berhasil melumpuhkan aktivitas masyarakat.

“Pandemi Covid-19 atau turunnya wisatawan akibat kewajiban vaksin booster bukan lagi masalah, tapi naiknya harga BBM,” ujarnya melalui sambungan telepon, Rabu (13/7/2022).

Sahmal menjelaskan kebijakan vaksin booster sudah lama mendorong peningkatan okupansi dibandingkan situasi saat kasus Covid-19 merebak. Kondisi ini juga didukung oleh pelonggaran kebijakan dari pemerintah hingga masyarakat bisa bepergian kembali ke luar daerah.

Namun demikian, dia menyebutkan tetap meminta para karyawan untuk selalu menggunakan masker, terlebih saat menghadapi tamu.

Selanjutnya, Sahmal menegaskan bahwa kenaikan BBM lebih berpengaruh terhadap okupansi hotel. Pasalnya, hal tersebut menyebabkan biaya produksi meningkat, yang diakibatkan peningkatan biaya angkut bahan baku atau transportasi.

“Kan transportasi naik semua, harga semen naik, sembako naik, dampak dari BBM. Harga Dexlite sudah Rp15.000 per liter,” tegasnya

Selain itu, dia mengungkapkan bahwa pengusaha hotel juga dibayangi oleh wacana kenaikan tarif dasar listrik (TDL).

“Dari pihak kita belum ada complain. [Nanti] di akhir Juli atau awal Agustus baru kelihatan, ada kenaikan berapa persen pengeluaran tarif untuk listrik,” ungkapnya

Adapun, dia menuturkan bahwa peningkatan biaya produksi memiliki efek berganda terhadap pengusaha perhotelan, khususnya ketika ingin melakukan perbaikan, menambah gedung bangunan hingga penyediaan makan dan minuman di restoran.

“Harga mulai merangkak, biaya produksi hotel meningkat. Terutama penggunaan produk ikan, daging, karna transportasi,” pungkasnya.

Sebagai informasi, harga BBM non subsidi untuk Provinsi Kalimantan Timur, per 10 Juli 2022, Pertamax Turbo Rp 16.550, Dexlite Rp 15.350 dan Pertamina Dex Rp 16.850.

Sedangkan, harga BBM bersubsidi, yaitu Pertalite (RON 90) tetap senilai Rp7.650 per liter dan harga BBM jenis Pertamax (RON 92) seharga Rp12.500 per liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini