Ekonomi Singapura Nyaris Datar di Kuartal II/2022, Inflasi Hambat Aktivitas

Bisnis.com,14 Jul 2022, 08:35 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Gedung perkantoran Asia Square Tower di pusat finansial Singapura, foto file 2016./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Singapura cenderung datar pada kuartal II/2022 karena melonjaknya harga membebani aktivitas dan mendorong pengetatan bank sentral yang mengejutkan.

Dilansir Bloomberg pada Kamis (14/7/2022), produk domestik bruto (PDB) Singapura hanya naik 0,1 persen pada periode April-Juni dari tiga bulan sebelumnya (qtq). Angka ini meleset dari median estimasi 1 persen dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom.

Dibandingkan dengan kuartal II/2021 (year-on-year/yoy), PDB naik 4,8 persen, di bawah proyeksi sebesar 5,4 persen.

Meskipun pembukaan pelonggaran aktivitas di Singapura memberi dorongan terhadap industri yang sebelumnya tidak aktif seperti perhotelan, restoran, dan layanan ritel lainnya yang melayani konsumen domestik, kenaikan harga dan inflasi masih membebani sentimen.

Bahkan dengan meningkatnya kedatangan wisatawan memberikan peningkatan pertumbuhan di samping industri yang tahan pandemi seperti layanan keuangan, Singapura mencatat aktivitas perdagangan grosir dan eceran berkontraksi pada kuartal II.

Diketahui, Singapura mencatat inflasi Mei 2022 mencapai 5,6 persen, naik dari 5,4 persen pada bulan sebelumnya.

Data yang lain menunjukkan aktivitas manufaktur naik 0,3 persen dari tiga bulan sebelumnya dan tumbuh 8 persen yoy. Adapun output konstruksi naik 1,9 persen qtq dan 3,8 persen yoy.

Rilis lanjutan hari Kamis melihat kinerja ekonomi pada kuartal kedua, terutama berdasarkan data dari April dan Mei. Lebih banyak data dalam beberapa minggu mendatang akan memperkuat gambaran untuk angka akhir kuartal kedua pada akhir Agustus.

Seperti halnya banyak negara yang jadi kantong ekonomi global, sebagian besar pertumbuhan ekonomi Singapura akan terus bergantung pada jalur inflasi. Bank sentral Singapura hari ini memperketat kebijakan dalam langkah mengejutkan lainnya.

Indeks harga inti, yang tidak termasuk transportasi dan akomodasi pribadi dan merupakan ukuran yang dilacak oleh Otoritas Moneter Singapura (MAS), naik 3,6 persen pada Mei untuk bulan ketiga ke laju tercepat dalam hampir 14 tahun.

Pasar tenaga kerja yang masih ketat menambah tekanan inflasi impor dan kenaikan biaya yang meluas membatasi pemulihan pertumbuhan, yang telah mendorong penyesuaian dari pejabat termasuk subsidi untuk rumah tangga berpenghasilan rendah.

Meskipun MAS memperkirakan tekanan inflasi secara keseluruhan akan tetap tinggi di bulan-bulan mendatang, kementerian memperkirakan dibukanya kembali perbatasan dapat mendorong aktivitas karena lebih banyak pekerja tiba dan meningkatkan konstruksi hingga output manufaktur.

MAS sebelumnya memperkirakan ekonomi Singapura akan tumbuh di batas bawah kisaran 3 – 5 persen tahun ini setelah tumbuh 7,6 persen pada tahun 2021. Perkiraan pertumbuhan resmi setahun penuh akan direvisi bulan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini