BRI (BBRI) Ungkap Transaksi di Cabang Sisa 3 Persen, Akhir Era Teller Bank?

Bisnis.com,14 Jul 2022, 15:55 WIB
Penulis: Leo Dwi Jatmiko
Pekerja mengeringkan jagung yang baru dipipil di Desa Balongga, Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (6/9/2021). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat kredit usaha rakyat (KUR) terus tumbuh dan didominasi penyalurannya oleh BRI. ANTARA FOTO/Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA - Pola transaksi nasabah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang didominasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berubah. Bank 'wong cilik' itu mencatat porsi transaksi di kantor-kantor telah menurun dan berada di bawah 5 persen. Mayoritas transaksi nasabah BRI saat ini dilakukan secara digital.

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan sepanjang Januari – Mei 2022 jumlah transaksi digital BRI melalui BRIMO tercatat sebanyak 590 juta transaksi atau tumbuh 3 kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Sementara itu total nilai transaksi mencapai Rp877 triliun atau tumbuh 272 persen yoy.

“Saat ini transaksi digital di BRI mencapai 96,8 persen dari total transaksi, sementara untuk transaksi di jaringan kantor konvensional hanya bersisa sekitar 3,2 persen,” kata Aestika kepada Bisnis, Kamis (14/7/2022).

Aestika menuturkan dengan adanya digitalisasi dan teknologi informasi, tren perubahan perilaku konsumen berkembang sangat cepat.

Memperhatikan hal tersebut, BRI terus melakukan transformasi dengan menempatkan nasabah sebagai unsur penting. BRI menerapkan konsep hybrid bank dalam perbaikan bisnis proses, inovasi model bisnis, serta tata kelola jaringan kerja yang memadukan kapabilitas digital, jaringan fisik serta saran layanan keuangan.

Aestika optimistis harmonisasi ketiganya mampu menghadirkan layanan perbankan yang lebih efektif, efisien dan terintegrasi sesuai perjalanan nasabah dan masyarakat Indonesia. BRI berkomitmen untuk menyediakan layanan perbankan yang cepat, mudah dan aman bagi masyarakat.

“Secara alami, akibat adanya digitalisasi serta perubahan perilaku masyarakat menyebabkan transaksi konvensional akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu,” kata Aestika.

Dengan adanya digitalisasi serta perubahan perilaku masyarakat menyebabkan keberadaan dan fungsi kantor cabang bank konvensional menjadi berkurang seiring dengan berjalannya waktu.

Pandemi Covid-19 yang masih terjadi saat ini menjadi akselerator digitalisasi tersebut dan mempercepat proses penataan kantor cabang.

“Untuk tahun 2022 penutupan unit kerja BRI akan didominasi oleh Teras BRI dan BRI Unit,” kata Aestika.

Dari sisi digitalisasi, sejak 2016 BRI telah melakukan transformasi, dimana salah satu area transformasinya yakni transformasi digital. Ke depan, arah pengembangan digital BRI akan difokuskan pada 3 hal, yakni digitalisasi inti, ekosistem dan proposisi baru digital.

Dengan rencana tersebut maka secara alami jumlah kantor cabang akan berkurang, karena masyarakat makin terbiasa bertransaksi digital.

Hingga akhir Maret 2022 tercatat jumlah jaringan kantor BRI berjumlah 8.852 kantor, menurun dibandingkan akhir tahun lalu yakni sebanyak 8.993 jaringan kantor. Ke depan, BRI akan terus melakukan penataan jaringan kerja, baik menambah atau mengurangi, agar lebih produktif dan efisien namun tetap efektif dalam memberikan layanan perbankan.

Aestika mengatakan perseroan memastikan tetap memberikan layanan perbankan yang optimal kepada masyarakat, meskipun dilakukan penutupan maupun relokasi kantor. Saat ini BRI telah memiliki Agen BRILink sejumlah 539.000 yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, bahkan di daerah 3T (terdepan, terluar dan terdepan).

Terkait transformasi digital yang tengah dilakukan oleh perseroan, BRI memastikan tidak ada PHK pada karyawan. Karyawan pada kantor yang ditutup akan dialihkan kepada kantor BRI lain, atau dialihkan menjadi penyuluh digital.

Terdapat tiga fungsi utama dari penyuluh digital. Pertama, mengajari masyarakat untuk membuka rekening secara digital. Kedua, mengajari masyarakat bertransaksi secara digital.

“Ketiga meningkatkan literasi digital masyarakat dengan mengedukasi masyarakat agar dapat bertransaksi dengan aman dan terhindar dari berbagai kejahatan digital, skimming, social engineering dan lain sebagainya,” kata Aestika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini