Wall Street Ditutup Bervariasi, Laba JPMorgan Mengecewakan

Bisnis.com,15 Jul 2022, 05:47 WIB
Penulis: Farid Firdaus
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat memperpanjang kerugian pada akhir perdagangan Kamis (14/7/2022) waktu setempat karena investor mencerna laporan laba dan pembicaraan bank-bank besar Wall Street terkait resesi. 

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (15/7/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,46 persen atau 142,62 poin ke 30.630,17, S&P 500 tergelincir 0,30 persen atau 11,40 poin ke 3.790,38, sementara Nasdaq menguat 0,03 persen atau 3,60 poin k 11.251,19.

JPMorgan Chase (JPM) menjadi sorotan pada Kamis setelah melaporkan penurunan laba kuartal II/2022 di luar perkiraan sebesar 28 persen secara tahunan, menghubungkan penurunan dengan penyisihan kerugian kredit US$1,1 miliar di tengah kekhawatiran atas kemungkinan penurunan ekonomi. Saham JPMorgan ditutup turun 3,5 persen.

“Dalam ekonomi global, kita berhadapan dengan dua faktor yang saling bertentangan, beroperasi pada jadwal yang berbeda. Ekonomi AS terus tumbuh dan pasar kerja dan belanja konsumen, serta kemampuan mereka untuk membelanjakan, tetap sehat,” kata CEO JPMorgan Jamie Dimon.

Kendati demikian, tambah Dimon, ketegangan geopolitik, inflasi yang tinggi, kepercayaan konsumen yang memudar, ketidakpastian tentang seberapa tinggi tingkat suku bunga yang harus dicapai dan pengetatan kuantitatif yang belum pernah terlihat sebelumnya memiliki konsekuensi negatif pada ekonomi global di kemudian hari.

Faktor-faktor tersebut dikombinasikan juga dengan perang di Ukraina dan efek berbahayanya pada energi dan pangan global.

Sementara itu, Morgan Stanley (MS) mengungkapkan laba yang meleset dari ekspektasi analis, dipengatruhi terutama oleh penurunan pendapatan perbankan investasi karena kondisi pasar yang bergejolak. Saham perusahaan menutup sesi 0,3 persen lebih rendah setelah memangkas kerugian 2 persen.

Laporan ini juga membebani sektor keuangan yang lebih luas, mengirim saham rekan-rekan bank seperti Citi (C) dan Wells Fargo (WFC) masing-masing turun lebih dari 3 persen dan 0,9 persen, menjelang laporan laba mereka pada Jumat.

Di sisi lain penyusutan neraca The Fed yang sebesar US$8,9 triliun akan memiliki efek dari waktu ke waktu setara dengan tidak lebih dari tiga perempat poin kenaikan suku bunga, menurut sebuah studi baru oleh ekonom Fed Bank of Atlanta. Itu menunjukkan pengurangan aset akan memiliki efek yang relatif sederhana dibandingkan dengan kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi.

"Kami tetap skeptis bahwa Fed dapat melakukan normalisasi neraca secara bersamaan, mengendalikan inflasi, dan menghindari gangguan pasar yang parah. Kami semakin khawatir bahwa investor mungkin terpaksa menanggung lebih banyak volatilitas penurunan di lingkungan yang rumit ini,” kata Richard Saperstein, kepala investasi Treasury Partners.

Pada berita korporasi lainnya, saham emiten China yang terdaftar di AS jatuh karena laporan Alibaba Group Holding Ltd. menghadapi penyelidikan di China sehubungan dengan kasus pencurian data yang memperbaharui kekhawatiran peraturan pemerintah China secara luas.

Di tempat lain, Bitcoin menembus di atas US$20.000, bergabung dengan keuntungan di saham teknologi sementara investor mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang kebangkrutan pemberi pinjaman aset digital Celsius Network Inc.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini