Bisnis.com, JAKARTA - Kelangkaan cip semikonduktor diprediksi menjadi salah satu tantangan dalam penyaluran kredit kendaraan bermotor (KKB) pada semester II/2022.
Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk Hafid Hadeli mengatakan saat ini permintaan terhadap kendaraan bermotor masih tumbuh dibandingkan dengan 2021.
Hafid tidak menyebutkan persentase pertumbuhan tersebut. Hanya saja, menurut Hafid, tantangan yang perlu diantisipasi adalah krisis cip semikonduktor. Tingginya permintaan akan dihadapkan dengan keberadaan cip yang saat ini sedang langka.
“Permintaan pada pertengahan tahun ini meningkat. Tetapi permasalahannya itu adalah krisis cip,” kata Hafid kepada Bisnis di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sementara itu dari sisi Bank Danamon, kata Hafid, tidak ada permasalahan dalam hal pembiayaan ke KKB. Perseroan memiliki modal kuat untuk mendukung industri otomotif dan industri lainnya untuk tumbuh.
Hafid menuturkan saat ini total kredit konsumer yang telah disalurkan perusahaan sekitar Rp50 triliunan, dari jumlah tersebut mayoritas atau sekitar Rp40 triliun berasal dari KKB.
Kemudian mengenai kondisi inflasi dan dampaknya pada bisnis perbankan, kata Hafid, untuk nasabah kelas menengah dan menengah ke atas di Danamon tidak terlalu terimbas.
Para nasabah di kalangan tersebut masih rutin menabung dan menyimpan dana di Danamon. Adapun untuk nasabah kelas menengah dan menengah ke bawah, perseroan masih mempelajari dampak inflasi.
“Untuk Danamon kelas menengah sampai menengah atas itu tidak terdampak dengan kondisi inflasi,” kata Hafid.
Sekadar informasi, pada Mei 2022 Danamon membukukan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp125,98 triliun, sebanyak 63,2 persen dari jumlah tersebut berasal dari pos tabungan dan giro (CASA). Jumlah DPK Danamon tumbuh 2,84 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kemudian Laba Bersih Tahun Berjalan Danamon pada Mer 2022 tercatat sebesar Rp1,41 triliun, tumbuh 67,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp848 miliar. Salah satu pendorong pertumbuhan tersebut adala Beban Operasional perusahaan yang berhasil turun 25,23 persen yoy menjadi Rp 1,74 triliun per Mei 2022.
Hafid menambahkan untuk mendorong pertumbuhan bisnis lebih cepat lagi di era digital ini, ke depan perusahaan akan terus membangun koneksi dengan para pemain pembiayaan berbasis digital (digital lending) atau perusahaan teknoligi keuanagan (fintech).
“Jadi kami memberikan dukungan kepada mereka dan mereka mencari pelanggan-pelanggan yang berkualitas,” kata Hafid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel