Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 3,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2022.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan keputusan BI menahan suku bunga dengan mempertimbangkan tingkat inflasi yang masih terkendali, terutama inflasi pada komponen inti.
“Pernyataan tersebut memberikan indikasi bahwa inflasi fundamental masih terkendali, sehingga masih mempertahankan suku bunga BI pada awal kuartal II/2022,” katanya kepada Bisnis, Senin (18/7/2022).
Hal senada juga disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo pada awal Juli 2022. Dia menyampaikan bahwa tingkat inflasi di Indonesia masih relatif stabil.
Di sisi eksternal, inflasi di Amerika Serikat (AS) tercatat mencapai 9,1 persen secara tahunan pada Juni 2022, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 8,6 persen.
Josua mengatakan lonjakan inflasi tersebut memberikan sinyal bahwa kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang agresif dalam 3 bulan terakhir belum signifikan meredam tekanan inflasi di Negeri Paman Sam.
Dengan kenaikan inflasi ini, kata dia, probabilitas The Fed untuk menaikkan kembali suku bunga sebesar 75 basis poin pada FOMC mendatang meningkat.
“Inflasi yang masih tinggi ini kemudian mendorong ekspektasi bahwa The Fed berpotensi menaikan suku bunga FFR lebih dari 75 basis poin untuk menekan tingkat inflasi,” imbuhnya.
Sebelumnya, pada pertemuan ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20, Deputi Gubernur BI Juda Agung menyampaikan bahwa laju inflasi di Indonesia saat ini masih didorong oleh sisi penawaran.
“BI akan tetap waspadai tekanan inflasi dan dampaknya terhadap ekspektasi inflasi, serta siap menyesuaikan tingkat suku bunga jika ditemukan tanda-tanda peningkatan inflasi inti,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel