Bisnis.com, JAKARTA - Layanan transaksi transfer uang dengan menggunakan metode BI-Fast terus meningkat. Layanan dari Bank Indonesia ini sekaligus menjadi tanda era biaya transfer relatif mahal sudah berakhir. Dengan biaya Rp2.500 untuk sekali transfer, Bi-Fast dinilai berhasil merebut hati masyarakat dan membuat transfer dengan tarif Rp6.500 perlahan ditinggalkan.
Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat per Juni 2022 jumlah transaksi melalui BI-Fast mencapai 700.000 transaksi per hari, dengan total transaksi Bi-Fast sebesar 85,3 juta transaksi pada Mei 2022. Pertumbuhan tersebut sangat cepat untuk metode transfer uang yang dirilis pada Desember 2021.
BI menargetkan total transaksi melalui Bi-Fast dapat menyentuh angka Rp811 triliun pada akhir 2022, di mana hingga Mei 2022 sudah sebesar Rp320,6 triliun.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan nasabah dan bank menjadi pihak yang diuntungkan dengan kehadiran Bi-Fast.
Nasabah dapat melakukan pengiriman uang dengan biaya yang lebih rendah. Sementara bank, mendapat peningkatan volume transaksi, yang bagus bagi upaya bank menghimpun dana murah (CASA).
Sementara itu bagi perusahaan switching, lanjut Bhima, peningkatan transaksi Bi-Fast menjadi ‘lampu kuning’. Bi-Fast mengambil alih ‘kue’ perusahaan switching karena menawarkan biaya transfer Rp2.500 atau Rp4.000 lebih murah dibandingkan dengan biaya transfer jika melalui perusahaan switching atau perusahaan perantara yang terlibat dalam proses transfer.
“Selama ini kan seolah ada persepsi bahwa biaya transaksi antar bank memang sulit turun karena sistem yang kompleks dan banyak pihak terlibat sebagai intermediary. Ternyata BI fast membuktikan fee transaksi bisa ditekan mungkin kedepannya makin murah,” kata Bhima, Senin (18/72022).
Berdasarkan informasi yang beredar, dalam transaksi transfer uang melalui perusahaan switching, nasabah dikenakan biaya sebesar Rp6.500. Dari jumlah tersebut bank dan perusahaan switching berbagi untung. Sebanyak lebih dari 50 persen di antaranya, atau Rp3.500 merupakan jatah dari bank pemilik anjungan tunai mandiri (ATM) atau aplikasi yang digunakan. Biaya mahal karena perawatan ATM/aplikasi butuh biaya besar.
Kemudian sekitar 23 persen atau Rp1.500 diberikan kepada bank destinasi. Perusahaan switching Rp1.500. Jika ada dua switching yang terlibat, maka Rp1.500 dibagi dua.
Bhima memperkirakan ke depan tren BI fast masih akan digandrungi oleh nasabah bank meski banyak pesaing digital yang tawarkan gratis transfer. BI fast terintegrasi ke dalam opsi transfer di hampir seluruh layanan mobile banking. Sementara aplikasi lain harus diunduh terpisah sehingga masyarakat belum semua paham dan ingin mencoba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel