Top 5 BisnisIndonesia.id: Tumpukan Harapan di DK OJK Baru hingga Silicon Valley BSD

Bisnis.com,20 Jul 2022, 09:08 WIB
Penulis: Emanuel B. Caesario
Ketua Dewan Komisioner OJK periode 2022-2027 Mahendra Siregar (tengah), Wakil Ketua Mirza Adityaswara (ketiga kiri), Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae (ketiga kanan), Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Inarno Djajadi (kiri), Kepala Eksekutif Pengawas IKNB Ogi Prastomiyono (kanan), Ketua Dewan Audit Sophia Issabella Watimena (kedua kiri), dan Anggota yang Membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi di DPR RI setelah penetapan./Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Pekerjaan rumah di industri jasa keuangan sudah menumpuk dan harus dibereskan satu per satu oleh Dewan Komisioner OJK periode 2022-2027 yang dilantik hari ini, Rabu (20/7). Sejumlah harapan pun disuarakan oleh para pelaku industri jasa keuangan nasional.

Berita tentang harapan pelaku industri jasa keuangan terhadap DK OJK yang baru menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Rabu (20/7/2022):

 

  1. Tumpukan Harapan Industri Jasa Keuangan pada DK Baru OJK

Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk periode 2022-2027 resmi dilantik hari ini, Rabu (20/7). Setumpuk harapan dari pelaku industri jasa keuangan nasional pun segera dibebankan ke pundak para petinggi baru otoritas pengawas ini.

Suara yang berbeda disampaikan oleh berbagai kelompok industri, mulai dari perbankan, bank perkreditan rakyat (BPR), industri keuangan nonbank, hingga pasar modal. Kendati DK OJK di periode sebelumnya telah melaksanakan tugasnya dengan baik, masih banyak PR yang mesti diselesaikan.

Secara umum, pejabat baru OJK yang dilantik hari ini bukanlah nama yang asing di industri jasa keuangan. Mereka sudah cukup dikenal oleh pelaku industri, sehingga diharapkan dapat menjalin komunikasi yang lebih baik dengan pelaku industri.

  1. Big Tech Gentar Hadapi Resesi

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tengah menggulung raksasa teknologi di Amerika Serikat, ditambah dengan penundaan perekrutan baru. Mereka seolah mulai bersiap menghadapi jurang resesi dalam.

Perusahaan dengan valuasi terbesar Apple Inc., mengikuti jejak perusahaan teknologi lain yang mengerem rencana perekrutan dan pengeluaran.

Produsen iPhone ini sudah belajar dari perusahaan teknologi kelas kakap lainnya, termasuk Google milik Alphabet Inc. dan Microsoft Corp. Apple akan membatasi pengeluaran dan penambahan tenaga kerja di beberapa divisinya. Namun demikian, Apple belum mengadopsi kebijakan di seluruh lini perusahaan.

  1. Membandingkan Skala Ekonomi Indonesia dan Sri Lanka

Krisis politik yang berawal dari krisis pangan di Sri Lanka memunculkan kekahawatiran hal serupa bisa terjadi di Indonesia. Meski dari sisi ekonomi, Sri Lanka berbeda dengan Indonesia, krisis politik seperti di Sri Lanka bukannya tidak mungkin terjadi di Indonesia.

Dari sisi ekonomi, kondisi kedua negara tersebut tidak sama, sehingga tidak bisa ditarik kesimpulan bahwa Indonesia akan mengalami krisis seperti Sri Lanka.

Perbedaan lainnya antara Indonesia dan Sri Lanka yaitu skala ekonomi. Produk domestik bruto Indonesia saat ini sudah menembus US$1 triliun, sedangkan Sri Lanka hanya US$80 miliar. Selain itu, saat Indonesia krisis pada 1998 dan 2008, Sri Lanka justru tidak mengalami krisis.

Oleh karena itu, tidak ada hubungan langsung antara Sri Lanka dan Indonesia. Namun, ada kesamaan antara Indonsia dan Sri Lanka, yaitu pemerintahannya menggelontorkan subsidi besar-besaran.

  1. Mobil Listrik, Krisis Cip, dan Prospek Kredit Kendaraan 2022

Bisnis kendaraan bermotor, termasuk turunannya yakni kredit kendaraan bermotor, bakal terimbas oleh kondisi ekonomi yang bersiap menghadapi tekanan baru akibat krisis global. Kehadiran kendaraan listrik bisa jadi akan memberikan harapan, tetapi tampaknya hanya minim.

Laju pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor oleh bank atau kredit kendaraan bermotor (KKB) bakal kembali melambat di paruh kedua tahun ini, terutama jika kondisi inflasi memburuk, suku bunga meningkat, dan ancaman resesi makin nyata.

Kendaraan bermotor pada dasarnya bukanlah kebutuhan pokok. Di saat terjadi tekanan daya beli akibat kenaikan inflasi, barang-barang bernilai tinggi seperti mobil dan rumah cenderung akan ditunda pembeliannya.

  1. Mengintip 'Silicon Valley' di BSD City yang Dilirik Perkantoran

Sinar Mas Land telah mentransformasi BSD City sebagai integrated smart digital city dengan meluncurkan kawasan digital hub. Sebagai kota baru berbasis digital ini merupakan Silicon Valleynya Indonesia dibangun di lahan seluas 26 hektare. Saat ini banyak perusahaan memindahkan kantornya di BSD City.

Groundbreaking pembangunan kawasan Digital Hub itu dilaskanakan pada 18 Mei 2017 silam dengan nilai investasi mencapai Rp7 triliun. Digital hub ini yang didedikasikan untuk perusahaan rintisan, komunitas, lembaga pendidikan, serta perusahaan multinasional yang berfokus pada industri digital dan teknologi.

Seiring dengan perkembangannya, digital hub menjadi rumah bagi pusat pengembangan inovasi bagi beberapa perusahaan global. Sinar Mas Land telah mentransformasi BSD City sebagai integrated smart digital city dengan meluncurkan kawasan digital hub.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Emanuel B. Caesario
Terkini