Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Darmawan Junaidi menyampaikan kebutuhan pembiayaan hijau di Indonesia diperkirakan mencapai US$281 miliar, bila dikonversi menggunakan Rp14.000 per dolar, maka setara Rp3.934 triliun hingga 2060.
Dia menjelaskan bahwa kebutuhan pembiayaan hijau tersebut bertujuan untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2030 dan Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
“Terkait kebutuhan tersebut, Bank Mandiri menargetkan untuk secara konsisten berkontribusi sebesar 21 persen hingga 23 persen terhadap porsi pembiayaan hijau nasional guna mendukung tercapainya target NDC dan NZE Indonesia,” ujarnya Rabu (20/7/2022).
Dia menuturkan salah satu upaya yang dilakukan emiten bank berkode saham BMRI ini adalah menerapkan secara bertahap penyusunan skema pembiayaan hijau kepada perusahaan, yang telah memiliki timeline transisi, untuk mendukung emisi rendah karbon.
Dengan berbagai inisiatif dan dukungan dari Pemerintah, regulator, sektor keuangan, dan seluruh stakeholder terkait, Darmawan meyakini hal ini dapat memicu peningkatan investasi baru seperti pembiayaan ke energi terbarukan beserta ekosistemnya.
“Kunci utama untuk mewujudkan hal ini adalah kolaborasi dari seluruh pihak baik dari pemerintah, regulator, industri keuangan, masyarakat, dan seluruh stakeholder terkait baik secara nasional maupun global,” pungkasnya.
Menurutnya, sinergi tersebut diharapkan mampu mengembangkan ekosistem pembiayaan hijau sesuai praktik terbaik dan mendukung transisi energi secara terjangkau bagi sektor riil, institusi keuangan, serta investor untuk mewujudkan bumi yang lebih baik.
Darmawan Junaidi menyampaikan pada kuartal I/2022 kontribusi perseroan terhadap pembiayaan berkelanjutan dan pembiayaan hijau masing-masing sebesar Rp209,8 triliun ata 24,9 persen dari total kredit dan Rp96,8 triliun (11,5 persen) dari total kredit Bank Mandiri.
“Bank Mandiri secara konsisten terus melanjutkan komitmen untuk menjaga dan meningkatkan prinsip keuangan berkelanjutan [sustainable finance] yang dapat berkontribusi secara langsung terhadap industri keuangan nasional,” tuturnya.
Komitmen itu antara lain dengan mengembangkan pembiayaan yang selaras dengan POJK 51/2017, peta jalan NDC/NZE Indonesia, serta kerangka kerja ESG (environmental, social and governance) yang mengacu pada praktik terbaik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel