Gap Makin Lebar dengan Swasta, Moeldoko Minta Ini ke Petani Sawit Rakyat

Bisnis.com,21 Jul 2022, 18:17 WIB
Penulis: Indra Gunawan
Ilustrasi petani memanen kelapa sawit./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta petani kelapa sawit untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawitnya. Sebab, saat ini gap produktivitas perkebunan rakyat dengan perkebunan besar swasta (PBS) makin tinggi.

Tercatat, pada 2010 angka produktivitas perkebunan rakyat sebesar 2,5 ton/hektare sedangkan produktivitas PBS mencapai 2,99 ton/ha.

“Namun pada 2021, produktivitas PR [perkebunan rakyat] relatif stagnan pada 2,7 ton/hektare, sedangkan produktivitas PBS meningkat menjadi 3,84 ton/ha,” ujar Moeldoko dalam diskusi virtual bertema “Kondisi Perdagangan Kelapa Sawit Nusantara”, Kamis (21/7/2022).

Dikatakannya, persoalan produktivitas PR menjadi persoalan yang kritikal mengingat peran perkebunan rakyat dalam produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) nasional cukup tinggi. Pasalnya, kata Moeldoko, kontribusi perkebunan rakyat besar atau sebesar 16,7 juta ton atau 33,7 persen dari total produksi.

“Ini mesti konsen Pak Gulat Manurung bahaya gapnya makin tinggi terus. Tidak ada alasan, alasan pupuk lah, tetek bengek itu. Tapi ini harus menjadi waspada, itu saya ingatkan,” ujar Moeldoko yang juga Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) itu.

Moeldoko mengatakan dari struktur kepemilikan lahan, total luas lahan yang dimiliki perkebunan rakyat sangat signifikan yaitu seluas 6 juta hektar atau setara 40 persen dari total luas lahan 15 juta hektar.

Sementara itu, produksi CPO oleh PBS mencapai 30,7 juta ton atau setara 61,8 persen dari total produksi nasional. Sedangkan kontribusi perkebunan negara hanya 4,4 persen.

Lebih lanjut, Moeldoko pun menyinggung soal isu lingkungan dalam perkebunan sawit. Menurut dia, pihaknya selalu mengundang duta besar negara-negara Eropa terkait hal ini.

“Alhamdulillah isu lingkungan di Eropa sudah hilang perlahan-lahan,” ucap Moeldoko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini