Lonjakan Pasokan AS Bisa Tekan Harga Minyak Menuju US$95 per Barel

Bisnis.com,21 Jul 2022, 20:21 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak terpantau bergerak terkonsolidasi dibebani oleh beragam sentimen pada perdagangan hari ini, Kamis (21/7/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (21/7/2022) pada 19.30 WIB harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan hingga 4,49 persen atau 4,48 poin ke US$85,40 per barel. Adapun, harga minyak Brent turun 4,40 poin atau 4,12 persen ke US$102,52 per barel.

Tim Riset ICDX menyebutkan katalis negatif yang membebani antara lain pelemahan permintaan bensin di AS serta rencana penerapan batas harga minyak Rusia pada bulan Desember.

Sementara itu, untuk katalis positif datang dari potensi penghentian pasokan gas dari Rusia ke Eropa secara penuh, dan terbatasnya kemampuan produksi Arab Saudi.

Badan statistik pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) pada Rabu malam melaporkan stok minyak mentah turun sebesar 446.000 barel, namun untuk stok bensin melonjak drastis sebesar 3,5 juta barel. Data tersebut mengindikasikan permintaan bensin yang lebih rendah di tengah musim panas, dipicu oleh harga bensin yang tinggi membuat aktifitas mengemudi ikut menurun.

Selain itu, Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo pada Rabu mengatakan bahwa AS berharap agar penerapan batas harga minyak Rusia dapat diberlakukan pada Desember, sama seperti yang akan dilakukan oleh Eropa.

AS dan sekutunya berharap dengan penerapan batas harga tersebut akan membantu menurunkan harga energi global dan memungkinkan Rusia tetap memasok minyaknya ke pasar. Meski demikian, Wakil Perdana Menteri Alexander Novak pada hari yang sama menegaskan bahwa Rusia tidak akan mengekspor minyaknya jika harga dibatasi di bawah biaya produksi.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (20/7/2022) menyatakan bahwa jalur pipa Nord Stream 1 yang saat ini masih dalam status pemeliharaan, berisiko dihentikan secara total pasca pemeliharaan karena masalah pengecekan turbin.

Adapun, dukungan untuk harga minyak juga datang dari laporan Wall Street Journal pada Rabu yang menunjukkan kemampuan produksi Arab Saudi terbatas pada level 11 juta barel per hari, namun level tersebut hanya dapat dilakukan dalam periode yang sangat singkat. Terlebih saat ini Arab Saudi masih terikat dalam pakta produksi OPEC+ yang masih akan berlaku hingga akhir Agustus.

“Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$105 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$95 per barel,” tulis Tim Riset ICDX dalam riset harian, Kamis (21/7/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini