Belum Beroperasi, Pabrik Baterai Kendaraan Listrik RI Incar Pasar Ekspor

Bisnis.com,22 Jul 2022, 04:45 WIB
Penulis: Jaffry Prabu Prakoso
Menteri BUMN Erick Thohir (keempat kiri) didampingi (dari kiri) Direktur SPPU Pertamina Iman Rachman, Dirut PLN Zulkifli Zaini, Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury, Ketua Tim Kerja Percepatan Proyek EV Nasional Agus Tjahajana, Group CEO Mind ID Orias Petrus dan Dirut Antam Dana Amin saat mengikuti konferensi pers pendirian Indonesia Battery Corporation (IBC) di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (26/3/2021)./ANTARA FOTO-Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia Battery Corporation (IBC) mengincar sejumlah negara untuk ekspor produk baterai kendaraan listrik yang akan diproduksi pada 2024.

Dua investor Contemporary Amperex Technology (CATL) dan LG Energy Solution akan mengoperasikan pabriknya untuk ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia pada 2024. Meski belum berjalan, mereka sudah punya daftar negara tujuan target ekspor dari produk tersebut.

“Pasarnya untuk Eropa, China dan Amerika Serikat untuk baterai,” kata Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho saat ditemui Bisnis.com, Rabu (20/7/2022).

Sementara untuk pasokannya, Toto menjelaskan bahwa jumlah tersebut belum dihitung berapa yang akan digunakan Indonesia dan dikirim ke luar negeri.

“Itu akan dibicarakan detailnya,” jelasnya.

Toto menjelaskan bahwa CATL akan membangun pabrik baterai kendaraan listrik mulai dari pertambangan hingga daur ulang baterai.

Perusahaan asal China tersebut akan mengucurkan dana sekitar Rp85 triliun melalui kerja sama dengan IBC, sedangkan LG sekitar Rp142 triliun.

“Pabrik kita akan bangun secara garis besar harus dekat tambang. Jadi, lokasinya di Halmahera Timur itu milik antam [untuk CATL]. Kalau LG di Batang, Jawa Tengah,” jelasnya.

Sementara itu, CATL dan LG dalam investasinya telah mengunci transfer teknologi untuk baterai kendaraan listrik. Toto menuturkan bahwa hal tersebut wajar karena dua perusahaan tersebut sudah punya hak paten.

“Jadi kita tidak bisa membuka teknologi itu, lalu melakukan modifikasi. Jadi, kita harus mengembangkan teknologi kita sendiri yang dibuat oleh karya anak Indonesia,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini