BI Tahan BI-7DRR, Suku Bunga Kredit dan Deposito Bank Turun

Bisnis.com,22 Jul 2022, 06:32 WIB
Penulis: Muhammad Khadafi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia mencatat penurunan suku bunga, baik deposito maupun kredit perbankan terus berlangsung seiring dengan kebijakan menahan suku bunga acuan pada level 3,5 persen sejak Februari 2021. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjabarkan di pasar dana suku bunga deposito satu bulan perbankan turun 69 basis poin (bps) sejak Juni 2021 menjadi 2,81 persen pada Juni 2022. Sementara itu, suku bunga kredit menunjukkan penurunan 58 bps pada periode yang sama menjadi 8,94 persen.

Dia juga menyampaikan bahwa penyaluran kredit dan pembiayaan perbankan kepada dunia usaha terus menunjukkan pemulihan dengan kecukupan likuiditas yang terjaga.  Pada Juni 2022, likuiditas rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga mencapai 29,99 persen sehingga tetap mendukung kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit. 

Sementata itu, kebijakan Bank Indonesia menaikan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah secara bertahap dan pemberian insentif GWM telah menyedot likuiditas perbankan sebesar Rp219 Triliun.  

Penyesuaian secara bertahap GWM rupiah dan pemberian insentif GWM sejak 1 Maret sampai 15 Juli 2022 menyerap likuiditas perbankan sebesar Rp219 triliun,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (21/7/2022).G

GMW adalah kewajiban bank meletakkan dananya di Bank Indonesia. Dengan kebijakan ini maka likuiditas bank menjadi lebih ketat sehingga mengurangi mengerem laju perbankan dalam penyaluran kredit dan pembiayaan kepada dunia usaha, serta partisipasi dalam pembelaan Surat Berharga Negara (SBN) untuk pembiayaan APBN. 

Adapun BI menyampaikan bahwa kredit perbankan tumbuh dobel digit sebesar 10,66 persen secara tahunan pada Juni 2022. Capaian ini bahkan melampaui capaian kredit sepanjang 2021 yang tumbuh 5,2 persen.

pertumbuhan kredit diikuti dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang tetap terjaga di kisaran 3,04 persen secara bruto dan 0,85 persen secara neto.

“Perbaikan penyaluran kredit tersebut utamanya ditopang oleh kredit produktif, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi, serta sebagian besar sektor ekonomi,” ujar Perry

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini