Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Sahabat Sampoerna mengeklaim rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) pada kuartal II/2022 masih terkendali. Perusahaan menjalin komunikasi dengan debitur untuk menjaga kualitas kredit.
Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Sahabat Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan kredit bermasalah merupakan kepentingan bersama antara bank dan penerima jaminan kredit.
Untuk itu salah satu hal kunci dalam menekan jumlah kredit bermasalah adalah keterbukaan antara bank dan penerima kredit untuk menyampaikan adanya potensi permasalahan untuk dicarikan solusi yang dapat diterima kedua belah pihak.
“Saat ini kami masih menyusun laporan keuangan per Juni 2022. Namun secara umum rasio kredit bermasalah [NPL] di Bank Sampoerna terjaga dengan sangat baik,” kata Henky kepada Bisnis, Jumat (22/7).
Henky juga mengatakan tidak ada spesifik sektor tertentu yang memiliki rasio kredit bermasalah secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya di Bank Sampoerna.
Sekadar informasi, pada kuartal I/2022 rasio kredit bermasalah bruto di Bank Sampoerna berada pada posisi 2,8 persen, naik dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 2,6 persen. Sementara itu NPL Net 1 persen, naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 0,58 persen.
Merujuk laporan Bank Indonesia, rasio NPL perbankan pada Mei 2022 mengalami kenaikkan 0,04 persen pada dibandingkan dengan April 2022. Kenaikan tersebut lebih tinggi dibandingkan kenaikan yang terjadi pada periode Maret - April yang saat itu tumbuh 0,01 persen.
Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang digelar Kamis (21/7) diketahui bahwa rasio NPL pada Mei 2022 sebesar 3,04 persen (bruto) dan 0,85 persen (neto).
Angka tersebut meningkat dari posisi NPL bulan sebelumnya yaitu 3 persen (bruto) dan 0,83 persen (neto). Sementara itu NPL perbankan pada Maret yakni 2,99 persen (bruto) dan 0,84 persen (neto).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel