Rupiah di Tren Bearish, Akankah ke Level Rp16.000 per Dolar AS?

Bisnis.com,22 Jul 2022, 16:30 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah menuju Rp15.500 per dolar AS, dan berpotensi menyentuh Rp16.000 per dolar AS setelah Bank Indonesia bergeming tak menaikkan suku bunga acuan.

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo rate (7DRRR) di 3,5 persen pada Kamis, 21 Juli.

“Keputusan itu sejalan dengan konsensus pasar tetapi tidak sesuai dengan ekspektasi kami, memperkirakan kenaikan 25 basis poin menjadi 3,75 persen,” ungkp Lionel dalam riset, Jumat (22/7/2022).

Mengingat ada kemungkinan besar The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin dalam pertemuannya pekan depan, 27 Juli, jarak antara suku bunga acuan Indonesia dan AS berpotensi menyempit menjadi 100 bps, dan membuat rupiah akan melemah ke Rp15.500 per dolar AS dan bahkan berpeluang menyentuh Rp16.000 per dolar AS.

“Kami juga melihat kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih besar di kisaran 150-200 basis poin untuk menghentikan pelemahan rupiah lebih lanjut,” ujarnya.

Terakhir, Samuel Sekuritas Indonesia juga memperkirakan tekanan jual pada saham dan obligasi Indonesia akan terus meningkat. Dengan demikian, IHSG diperkirakan turun ke bawah 6.500 pada bulan Agustus, dengan kisaran 6.300-6.500.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) memutuskan untuk mempertahankan  suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen.

"Dengan penilaian yang menyeluruh, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate [BI7DRR] 3,5 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Bank Indonesia (BI) juga menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility 4,25 sebesar persen.

"Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri," ujarnya.

Dia mengatakan keputusan ini sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Pandu Gumilar
Terkini