Pendanaan Pembangunan Smelter Seret, Peneliti: Bermitra Bisa Jadi Solusi

Bisnis.com,27 Jul 2022, 02:54 WIB
Penulis: Nyoman Ary Wahyudi
Pendanaan Pembangunan Smelter Seret, Peneliti: Bermitra Bisa Jadi Solusi. Lowongan kerja Freeport untuk proyek smelter di Manyar./PTFI

Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti Alpha Research Database Ferdy Hasiman menyarankan perusahaan logam dan mineral dalam negeri untuk bermitra terkait upaya memenuhi pendanaan pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam atau smelter yang belakangan masih berjalan lamban.

Ferdy beralasan, perusahaan tambang yang bergerak pada lini usaha logam dan mineral relatif memiliki kapasitas produksi dan belanja modal yang kecil jika dibandingkan dengan batu bara. Situasi itu, kata Ferdy, menjadi kendala utama untuk pembangunan smelter di dalam negeri.

“Mereka harus bermitra untuk bisa mendapatkan pinjaman bank supaya pembangunan smelter berjalan lalu bank itu jadi pelopor karena ini bagian dari green banking upaya kita menertibkan perusahaan tambang di daerah,” kata Ferdy saat dihubungi Bisnis, Selasa (26/7/2022).

Menurut Ferdy, akses pinjaman itu mesti diinisiasi oleh bank Himbara karena pembangunan smelter menjadi salah satu prioritas pemerintah untuk penhiliran produk tambang bernilai tambah. Dengan demikian, perbankan mesti membuka lebar akses kredit itu untuk perusahaan tambang yang potensial untuk membangun smelter di masa mendatang.

“Kalau pinjaman tidak bisa, produsen-produsen nikel, bauksit dalam negeri dapat bermitra dengan perusahaan asing tapi kepemilikan perusahaan harus jelas, domestik yang lebih besar,” imbuhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Indonesian Mining Association (IMA) melaporkan perkembangan pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam atau smelter relatif berjalan lamban akibat seretnya pendanaan. Malahan, sebagian besar kendala pendanaan itu dialami oleh sejumlah smelter yang menjadi bagian dari proyek strategis nasional (PSN).

Pelaksana Harian Direktur Eksekutif IMA Djoko Widajatno mengatakan kondisi itu turut dikoreksi lebih dalam dengan kecenderungan harga mineral dan logam yang mulai melandai di Bursa berjangka dengan pasar terbesar di dunia, London Metal Exchange (LME) memasuki akhir triwulan kedua tahun ini.

Kendati demikian, Djoko optimistis tren pelandaian harga itu tidak bakal berlangsung lama menyusul peluang pembalikan permintaan pada paruh kedua 2022.

“Pasar dipengaruhi Bank Sentral Uni Eropa untuk menurunkan harga-harga komoditas yang mereka perlukan, kalau tidak mereka tidak bisa membayar bunga. Seperti Timah ini sudah turun 1,75 persen, tapi masih oke karena kita masih bisa tutup biaya operasional,” kata Djoko saat dihubungi, Selasa (26/7/2022).

Djoko menerangkan situasi itu bakal ikut menekan pendanaan percepatan pembangunan smelter di dalam negeri yang ditarget rampung dua tahun ke depan. Adapun, Djoko mengatakan, isu pendanaan menjadi kendala utama dari upaya percepatan pembangunan smelter setelah pandemi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianus Doni Tolok
Terkini