Bos OJK: Perubahan Iklim dan Kemiskinan Butuh Pembiayaan Inklusif

Bisnis.com,27 Jul 2022, 17:39 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar (layar kiri) saat pelantikan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Rabu (19/7/2022).

Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan bahwa perubahan iklim dan pengentasan kemiskinan membutuhkan pembiayaan yang inklusif sekaligus signifikan.

Dia menilai perubahan iklim menimbulkan banyak tantangan bagi semua negara. Salah satu yang terpenting adalah kebutuhan untuk mengamankan pembiayaan berkelanjutan guna menyediakan dasar bagi transisi dari energi fosil ke energi terbarukan.

“Kita perlu memastikan bahwa penanganan perubahan iklim dan pengentasan kemiskinan, yang keduanya membutuhkan pembiayaan yang signifikan, tidak bersifat eksklusif,” ujarnya dalam acara G20 Seminar Series, Rabu (27/7/2022).

Mahendra juga menyampaikan faktor penting lainnya adalah memastikan bahwa pembiayaan diselaraskan dengan kerangka waktu yang realistis dan progresif untuk terjadinya transisi.

Menurutnya, kebutuhan untuk menyelaraskan ambisi hijau ke masa transisi menjadi sangat penting karena krisis energi dan pangan global akibat meningkatnya tensi geopolitik antara Rusia-Ukraina, telah membuat perekonomian dunia dalam kerentanan.

Dia mencontohkan bahwa Eropa saat ini menetapkan target hijau yang sangat ambisius. Hal ini membuat tingkat pembiayaan meningkat lantaran energi matahari dan angin tidak cukup mampu memenuhi kebutuhan energi dari bahan bakar fosil.

“Kenyataan ini telah mengakibatkan pembukaan kembali sementara sumber daya energi berbasis fosil, peningkatan impor minyak, serta klasifikasi energi bersih termasuk nuklir dan gas alam," ujarnya. 

Mahendra menegaskan seluruh negara saat ini menghadapi masalah yang sama. Meski krisis bersifat sementara, namun ada kebutuhan mendesak untuk bekerja sama mencapai tujuan lingkungan, ekonomi, dan sosial, yang selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs).

“Komunitas keuangan dapat memberikan sumber daya finansial kepada masyarakat yang dinamis dan berkelanjutan, di mana perlindungan lingkungan diselaraskan dengan pengentasan kemiskinan dalam konteks kemajuan ekonomi dan sosial yang lebih luas,” tutur Mahendra.

Menurutnya, hal itu menjadi penting karena sektor pembiayaan tidak hanya berperan dalam mengatalisasi transisi menuju energi baru terbarukan, tetapi juga menunjukkan bahwa peralihan ini menguntungkan dalam jangka panjang.

Mahendra menyatakan bahwa sektor pembiayaan Indonesia siap untuk memainkan perannya. Meski terkena dampak pandemi, kinerja sektor jasa keuangan Tanah Air dinilai cukup kuat tecermin dari permodalan dan likuditas yang terjaga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini