Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menyampaikan portofolio keuangan berkelanjutan atau sustainable finance portofolio perseroan tumbuh sebesar 21,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp169,5 triliun per Juni 2022.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan portofolio tersebut berkontribusi hingga 24,9 persen terhadap total portofolio pembiayaan BCA.
Apabila dibedah, portofolio keuangan berkelanjutan BBCA disalurkan ke sektor mikro dan SME (UKM) serta non mikro dan UKM. Untuk mikro dan UKM mengambil porsi 55,6 persen dari total pembiayaan berkelanjutan perseroan dengan nilai mencapai Rp94,2 triliun, atau naik 19,6 persen yoy.
Sementara untuk sektor non mikro dan UKM mengambil porsi 44,4 persen dari total pembiayaan berkelanjutan. Untuk sektori ini mengalami pertumbuhan 24,7 persen yoy menjadi Rp75,3 triliun.
“Pembiayaan yang kami berikan termasuk untuk sektor energi terbarukan, di antaranya mencakup proyek pembangkit listrik tenaga surya, air, minihidro, biogas, dan biomassa,” ujar Jahja dalam konferensi pers paparan kinerja secara daring, Rabu (27/7/2022).
Adapun, proyek-proyek tersebut tersebar pada 13 wilayah di Indonesia, dengan total kapasitas listrik yang dihasilkan hampir mencapai 200 megawatt (MW). Selain itu, sambung Jahja, BCA juga baru saja memberikan pembiayaan sekitar Rp472 miliar kepada perusahaan yang bergerak pada industri kertas daur ulang untuk mendukung ekonomi sirkular.
Jahja mengungkapkan dalam 5 tahun terakhir, yakni sejak 2019 – Juni 2022, pembiayaan berkelanjutan BBCA terus mengalami pertumbuhan.
Pada 2019 misalnya, pembiayaan berkelanjutan perseroan mencapai Rp124,9 triliun atau berkontribusi 21,3 persen dari total kredit. Di tahun berikutnya, 2020, sebesar 22,2 persen dari total kredit dengan pembiayaan berkelanjutan sebesar Rp127,6 triliun.
Lalu pada 2021, pembiayaan berkelanjutan BCA mencapai Rp158,3 triliun atau berkontribusi 24,6 persen dari total kredit dan pada kuartal I/2022 berkontribusi 24,9 persen dari total kredit dengan nilai Rp161,6 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel