Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja menyatakan bahwa layanan produk perbankan memerlukan pendekatan yang berbeda terhadap seluruh nasabahnya. Tidak semua nasabah siap mengadopsi digital banking yang canggih.
Menurut Jahja, tidak semua nasabah dapat menerima produk perbankan berbasis digital, terkecuali bank yang memang memiliki basis nasabah milenial. Namun, bagi bank dengan nasabah beragam usia, perusahaan harus berkeringat menyesuaikan layanannya.
“Seperti di BCA, saya sendiri sudah tidak pernah pakai SMS banking, tapi itu masih ada. Masih ada ribuan nasabah yang menggunakan itu. Jadi, kita tidak bisa langsung menghilangkan begitu saja,” ujar Jahja dalam webinar Digital Leadership, Kamis (28/7/2022).
Jahja mengatakan bahwa nasabah di perbankan biasanya memiliki rentang usia dari 18 tahun hingga 90 tahun. Berlandaskan kondisi tersebut, bank selayaknya terus adaptif menyesuaikan strategi guna melayani kebutuhan finansial para nasabahnya.
Dia mengingatkan jangan sampai bank hanya ingin terlihat keren dengan meluncurkan layanan digital, namun tidak semua nasabahnya mengerti dan paham untuk mengakses produk tersebut.
“Ibaratnya orang membeli smartphone yang luar biasa, tetapi pakainya cuma buat Whatsapp. Banyak hal itu terjadi. Jadi itu approach kita, sehingga penting sekali kita paham sebagai fundamental terutama perusahaan-perusahaan yang pelanggannya bukan hanya milenial.”
Jahja juga menyampaikan perseroan sampai saat ini masih mempertahankan m-banking BCA, meski ada layanan myBCA yang dinilai lebih modern dan mutakhir. Pasalnya, masih ada nasabah yang hanya butuh layanan untuk bertransaksi dan mengecek saldo.
“Ini tidak terpikir, kita hanya melihat milenial kebutuhannya digital yang sophisticated, dan kita lupakan nasabah lama. Padahal, nasabah lama 5 sampai 10 tahun masih ada di kita,” pungkasnya.
Di sisi lain, emiten bank bersandi saham BBCA ini juga terus mencatat pertumbuhan transaksi digital banking. Hingga semester I/2022, transaksi mobile banking BCA tembus Rp2,55 triliun atau tumbuh 43,3 persen secara year-on-year (yoy). Sementara itu, layanan internet banking membukukan transaksi senilai Rp8,42 triliun, naik 20,3 persen yoy.
Pada periode yang sama, layanan transaksi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan kantor cabang BCA masih tumbuh. Pada paruh pertama tahun ini, nilai transaksi di ATM mencapai Rp1,12 triliun dengan pertumbuhan 8 persen yoy, sedangkan kantor cabang mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp6,8 triliun atau naik 7,9 persen yoy.
BBCA juga mendukung inisiatif dari regulator untuk menciptakan sistem pembayaran Indonesia yang modern dengan mengimplementasikan infrastruktur BI-Fast pada platform myBCA, KlikBCA (internet banking BCA), dan BCA mobile.
Total nilai transaksi BI-Fast yang telah diproses oleh BCA mencapai Rp271 triliun, dengan frekuensi 67 juta transaksi sampai dengan Juni 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel